kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.609.000   -2.000   -0,12%
  • USD/IDR 16.175   0,00   0,00%
  • IDX 7.166   -66,59   -0,92%
  • KOMPAS100 1.055   -9,60   -0,90%
  • LQ45 831   -12,11   -1,44%
  • ISSI 214   0,13   0,06%
  • IDX30 427   -6,80   -1,57%
  • IDXHIDIV20 512   -6,51   -1,26%
  • IDX80 120   -1,15   -0,95%
  • IDXV30 123   -0,75   -0,60%
  • IDXQ30 140   -2,07   -1,45%

Emiten kosmetik bisa tampil cantik


Kamis, 06 Agustus 2015 / 07:27 WIB
Emiten kosmetik bisa tampil cantik


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pelemahan daya beli masyarakat ternyata tak menekan pertumbuhan emiten kosmetik. Kinerja lima emiten kosmetik tampak mengkilap pada enam bulan pertama tahun ini. Secara rata-rata, pendapatan emiten kosmetik tumbuh 7,06%, dengan pertumbuhan laba rata-rata 14,45%.

Emiten yang bergerak di bisnis kosmetik antara lain PT Akasha Wira International Tbk (ADES), PT Martina Berto Tbk (MBTO), PT Mustika Ratu Tbk (MRAT), PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

TCID mengantongi kenaikan pendapatan tertinggi hingga 30,5% dari Rp 1,17 triliun pada Juni tahun lalu menjadi Rp 1,23 triliun pada akhir semester pertama tahun ini. Laba Mandom melonjak 432,75% dari Rp 94,41 miliar ke posisi Rp 505,97 miliar.

Nasib ADES berbanding terbalik. Laba emiten ini turun 11,16% jadi Rp 18,54 miliar akibat gagal menekan beban. Adapun, kontribusi penjualan kosmetik ADES menurun dari 57% di semester pertama tahun lalu menjadi 49% di periode yang sama tahun ini.

Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menyebut sektor konsumer memang tidak ada matinya. Kebutuhan masyarakat atas produk-produk kosmetik akan selalu ada.

Kepala Riset NH Korindo Reza Priyambada menuturkan produk kosmetik biasanya memiliki target pelanggan tertentu. Pelanggan ini cenderung loyal pada merek tertentu. Ini berbeda dengan produk makanan yang memiliki banyak substitusi, sehingga konsumen gampang beralih ke produk lain bila tidak puas. Karena itu, permintaan terhadap produk kosmetik relatif tetap terjaga.

Meskipun emiten mengalihkan beban ke konsumen dengan menaikkan harga produk, dampak ke penjualan kosmetik tidak akan besar. "Daya beli masyarakat terhadap produk kosmetik cukup tinggi," kata Reza.

Kiswoyo bilang emiten saat ini masih cenderung menahan harga jual. Beban operasional yang dihadapi tak membuat emiten kosmetik serta merta dapat mengerek harga jual. Kiswoyo menilai, emiten kosmetik juga tidak terlalu diuntungkan dengan penurunan harga komoditas. Ini karena nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang tengah melemah.

Ke depannya, ia memperkirakan, rupiah akan stabil di kisaran Rp 12.500 sampai Rp 13.000. Menurut Kiswoyo, ini dapat terjadi jika The Fed telah memberi kepastian soal kenaikan suku bunga. Ia memprediksi, pendapatan emiten kosmetik akan tumbuh sekitar 5%–10% hingga tutup tahun ini.

Reza lebih optimistis dan memprediksi pendapatan emiten kosmetik bisa tumbuh 8%–9% tahun ini. Laba emiten produsen produk kecantikan ini bahkan bisa meningkat lebih tinggi, sekitar 10%–12%.

Saham kurang menarik

Kinerja keuangan yang positif ini tidak lantas mampu mempercantik pergerakan saham emiten kosmetik. Sejak awal tahun hingga penutupan pasar kemarin, harga saham ADES turun 0,36% ke posisi Rp 1.370, saham MBTO merosot 28% jadi Rp 144, dan saham MRAT turun 34% menjadi Rp 231 per saham. Sementara saham TCID naik 11,26% ke posisi Rp 19.500.

Kiswoyo melihat, bahwa banyak saham emiten kosmetik yang kurang likuid. Reza menyarankan hold atau trading bagi emiten kosmetik lantaran alasan yang sama. Untuk investasi, analis hanya menyarankan saham UNVR. Harga saham UNVR menjulang 21,36% sejak awal tahun jadi Rp 39.200 per saham.

Reza merekomendasikan beli UNVR dengan target harga Rp 41.800–Rp 42.000. Kiswoyo juga merekomendasikan beli UNVR dengan target harga Rp 50.000. Rabu lalu (5/8), UNVR ditutup di harga Rp 39.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×