Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Mandeknya realisasi proyek infrastruktur pemerintah turut mempengaruhi kinerja emiten konstruksi pelat merah. Di paruh pertama tahun ini, empat emiten konstruksi BUMN cuma meraih kontrak baru Rp 39,85 triliun. Jumlah itu setara 38% total target kontrak baru tahun ini, yakni Rp 100,7 triliun.
Sejatinya, pencapaian kontrak baru ini menanjak 55,66% ketimbang periode sama tahun lalu. Namun, kontrak baru tersebut lebih banyak ditopang oleh proyek swasta.
Selama enam bulan pertama tahun ini, kontribusi proyek pemerintah terhadap kontrak baru emiten kontruksi masih minim. PT PP Tbk (PTPP), misalnya, melaporkan proyek pemerintah berkontribusi paling rendah, yakni sekitar Rp 2 triliun, atau 15% dari total kontrak baru. Mayoritas kontrak baru PTPP didominasi proyek swasta, sekitar 45% dari kontrak baru, disusul proyek BUMN sebesar 40% kontrak baru.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) juga demikian. Proyek pemerintah baru menyumbang 36% kontrak baru. Sebagian besar kontrak, yakni 49% berasal dari pihak swata. Adapun sisanya 15% kontrak baru bersumber dari proyek BUMN.
Komposisi agak seimbang terjadi PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Proyek pemerintah menyumbang 40% kontrak baru, diikuti proyek swasta 35% dan proyek BUMN 25%.
Kondisi mirip juga terjadi di PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Komposisi kontrak baru emiten ini meliputi 36% proyek pemerintah, 32,2% proyek swasta dan 31,6% proyek BUMN.
Analis BNI Securities Thendra Chrisnanda menilai realisasi kontrak baru emiten konstruksi sangat terkait erat dengan kondisi makro Indonesia, yang masih melambat di kuartal kedua tahun ini.
Apalagi, proyek pemerintah yang diharapkan menopang kinerja emiten konstruksi BUMN masih sangat minim. Serapan pemerintah masih rendah. “Padahal, dana subsidi sudah dialihkan, tapi eksekusinya lamban,” kata Thendra, Senin (13/7).
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri juga menilai proyek pemerintah belum bisa diandalkan. Tapi ia memprediksi realisasi proyek infrastruktur di semester kedua akan lebih cepat, sehingga perolehan kontrak baru emiten konstruksi bakal lebih baik. Prospek sektor konstruksi hingga akhir 2015 dinilai masih positif.
Thendra berpendapat, kontrak dari swasta masih akan menopang pertumbuhan emiten konstruksi, seperti terjadi di paruh pertama. Dia memprediksi kontrak baru emiten konstruksi BUMN tahun ini tumbuh 20%-25%.
Thendra merekomendasikan saham PTPP dan WSKT. Sementara Hans menyarankan PTPP dan WIKA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News