Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten kompak meluncurkan surat utang global mengikuti langkah pemerintah yang juga bergerak cepat menerbitkan surat berharga negara (SBN) berdenominasi valuta asing (valas) alias global bond di awal tahun ini.
Sebelumnya, pemerintah menerbitkan global bond atau obligasi global berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) dan euro. Adapun global bond berdenominasi dolar AS diterbitkan dalam dua seri, yaitu RI0230 dengan tenor 10 tahun dan menawarkan kupon 2,85% serta yield 2,88%.
Selanjutnya, seri RI0250 memiliki tenor 30 tahun dengan tawaran kupon 3,5% dan yield 3,55%. Sementara, global bond berdenominasi euro diterbitkan dalam tenor tujuh tahun dengan tawaran kupon 0,9% dengan yield 0,95%.
Baca Juga: Per November, utang luar negeri Indonesia tumbuh 8,3%
Tidak hanya pemerintah, beberapa emiten belakangan ini juga menerbitkan global bond, seperti PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang menerbitkan global bond senilai US$ 350 juta dengan tenor 5 tahun dan tawaran kupon di 4,25%.
Selain itu, PT Lippo Karawaci (LPKR) juga menerbitkan global bond senilai US$ 325 juta dengan tenor 5 tahun. Global bond ini menawarkan kupon di 8,12%.
Beberapa emiten lain pun berencana mengeluarkan global bond, seperti Pertamina akan meluncurkan obligasi global senilai US$ 10 miliar. Selain itu, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga berencana mengeluarkan global bond senilai US$ 650 juta.
Baca Juga: Rencana global bond Pertamina senilai US$ 10 miliar dapat rating BBB dari Fitch
Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, banyak emiten memantapkan diri untuk menerbitkan global bond di awal tahun ini, karena ingin memanfaatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tidak terlalu jatuh.
Maklum, akhir tahun lalu, prospek pertumbuhan ekonomi global yang makin memburuk karena perang dagang menimbulkan kekhawatiran rupiah makin melemah terhadap dolar AS.
"Bagi emiten yang memiliki kebutuhan transaksi dalam dolar AS, maka mereka berusaha menerbitkan global bond di awal tahun daripada nanti tekanan ekonomi global melambat makin parah dan yield tiba-tiba jadi tinggi," kata Edbert, Rabu (15/1).
Senada, Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, beberapa emiten kompak akan meluncurkan global bond di awal tahun ini karena tren penurunan yield masih terjadi, sehingga emiten mendapat cost of fund yang murah.
Emiten makin mantap meluncurkan global bond juga didukung besarnya permintaan asing dan ketegangan geopolitik makin mereda. "Kekhawatiran investor terhadap konflik AS dan Iran tidak seburuk seperti yang ditakutkan sebelumnya, ini membuat emiten di Indonesia mulai berani menerbitkan global bond," kata Ariawan.
Kondisi tersebut juga mendukung permintaan asing terhadap obligasi global Indonesia bertambah. Selain itu meski tren yield dalam negeri sedang rendah, tetapi jika dibandingkan dengan yield global bond dari negara lain, tawaran kupon di Indonesia masih lebih tinggi.
Baca Juga: Awas, risiko baru ekonomi global: Ledakan jumlah utang dunia
Penerbitan obligasi global oleh korporasi dalam negeri pun mendapat dukungan dari besarnya minat investor asing ke pasar obligasi dalam negeri. "Yield global bond negara lain relatif rendah bahkan minus," kata Ariawan.
Ke depan, Ariawan memproyeksikan prospek peluncuran global bond dari korporasi berpotensi makin ramai karena bank sentral global cenedrung belum menunjukkan tanda-tanda hawkish atau menaikkan suku bunga acuan. Dengan begitu, yield obligasi global masih cenderung rendah. Artinya, obligasi Indonesia denominasi dolar AS akan menarik bagi asing karena memberi kupon yang cukup tinggi.
Baca Juga: Utang Masih Jadi Andalan untuk Menutup Defisit Anggaran
Senada, Edbert mengatakan ekspektasi yield untuk bergerak naik relatif kecil. Penyebabnya, potensi perekonomian ekonomi global akan melemah masih belum sirna. Dengan begitu, suku bunga rendah masih akan digunakan sebagai senjata untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi.
"Ekspektasi ke depan cost of fund emiten mengeluarkan global bond masih bisa lebih murah lagi," kata Edbert.
Di satu sisi, Edbert mengatakan dengan potensi pertumbuhan Indonesia yang stabil dalam beberapa tahun ke depan maka global bond Indonesia akan menarik bagi investor asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News