Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Harga emas menembus level rekor US$ 3.532 per troy ounce pada hari Selasa (2/9/2025). Harga si kuning mentereng ini melanjutkan reli yang telah melonjak lebih dari 90% sejak akhir 2022.
Permintaan diperkirakan akan tetap kuat untuk beberapa waktu karena berbagai faktor.
Reuters melaporkan, ada sejumlah faktor yang menjadi pendorong harga emas ke level rekor. Salah satunya pembelian oleh bank sentral dan permintaan investasi yang kuat. Ini terlihat dari arus masuk ke dalam dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas yang didukung secara fisik.
Aksi pembelian emas ini didorong perubahan kebijakan keamanan Barat oleh Presiden AS Donald Trump, perang dagangnya dengan negara lain, dan kekhawatiran tentang independensi Federal Reserve AS.
Akankah bank sentral membeli lebih banyak?
Konsultan Metals Focus melihat, pembelian bersih emas tahunan oleh bank sentral telah melampaui 1.000 metrik ton setiap tahun sejak 2022. Konsultan ini memperkirakan bank sentral akan membeli 900 ton emas pada tahun ini atau dua kali lipat rata-rata tahunan sebesar 457 ton pada 2016-2021.
Negara-negara berkembang berupaya melakukan diversifikasi dari dolar setelah sanksi Barat membekukan sekitar setengah dari cadangan devisa resmi Rusia pada 2022.
Baca Juga: Emas Pecah Rekor Harga Tertinggi, 3 Faktor Jadi Pemicunya
Menurut World Gold Council, angka resmi yang dilaporkan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) hanya mencerminkan 34% dari total estimasi permintaan emas bank sentral pada 2024.
Mereka telah berkontribusi 23% terhadap total permintaan emas tahunan pada 2022-2025, dua kali lipat dari rata-rata pangsa yang tercatat selama tahun 2010-an.
Akankah penurunan di sektor perhiasan berlanjut?
Permintaan emas untuk perhiasan, sumber utama permintaan fisik, turun 14% menjadi 341 ton pada kuartal kedua tahun 2025. Menurut WGC, ini menjadi level terendah sejak kuartal ketiga tahun 2020 yang dilanda pandemi, karena harga yang tinggi menghambat pembeli.
Harga yang tinggi mendorong penurunan tersebut, yang sebagian besar berasal dari pasar terbesar - Tiongkok dan India - yang pangsa pasar gabungannya turun di bawah 50% untuk ketiga kalinya dalam lima tahun terakhir.
Metals Focus memperkirakan bahwa produksi perhiasan emas turun 9% menjadi 2.011 ton pada tahun 2024 dan akan mengalami penurunan sebesar 16% tahun ini.
Baca Juga: Emas Cetak Rekor US$3.500 per Ounce, Pasar Tunggu Keputusan Suku Bunga The Fed