kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Emas masih bisa bullish di tengah perang dagang


Kamis, 14 Februari 2019 / 19:05 WIB
Emas masih bisa bullish di tengah perang dagang


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas makin tertekan dari minggu ke minggu. Mengutip Bloomberg pada Kamis (14/2) pukul 18.10 WIB harga emas untuk pengiriman April 2019 di Commodity Exchange turun 0,49% ke US$ 1.308,70 per ons troi ketimbang kemarin pada US$ 1.315,10 per ons troi.

Analis Global Kapital Investama, Alwi Assegaf menilai pelemahan harga emas disebabkan situasi perang dagang yang masih berkecamuk. Tapi harga emas ini masih berpotensi bullish.

Amerika Serikat (AS) dan China saat ini masih dalam negosiasi untuk mencapai kesepakatan soal perdagangan. Menurut Alwi, AS cenderung tarik ulur terkait kesepakatan dagang dengan China. Sehingga, dalam sembilan hari sampai hari ini, dollar AS masih menjadi pilihan safe haven utama.

“Saya melihat investor masih wait and see dan mengantisipasi pergerakan pasar,” kata Alwi kepada Kontan.co.id, Kamis (14/2). Dia menambahkan, dollar AS menguat tidak terlalu banyak, sehingga cepat atau lambat emas akan kembali berkilau.

Isu perlambatan ekonomi global menjadi salah satu sentimen yang disorotnya. Eropa misalnya dalam beberapa waktu lalu merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa menjadi hanya 1,3% di 2019. Angka ini turun bila dibandingkan prediksi pada November tahun lalu sebesar 1,9%.

Sentimen negatif lain yang masih membayangi harga emas adalah Brexit yang juga belum selesai. “Ketidakpastian di kawasan Eropa akan menstimulus pertumbuhan investasi emas sebagai safe haven,” tutur Alwi. Berkaca pada tahun lalu ketika dollar AS dalam tren bullish, emas masih prospektif.

World Gold Council (WGC) merilis data permintaan emas global tahun lalu mencapai 4.345 ton. Angka ini tumbuh 4% atau dari 4.171 ton di tahun sebelumnya. Sementara pembelian emas oleh bank sentral di beberapa negara tumbuh 74% yakni mencapai 650 metrik ton.

“Minat bank sentral tinggi, emas jadi alternatif cadangan devisa saat dollar AS diprediksi memudar,” kata Alwi. Dengan ekspektasi Federal Reserve yang hanya menaikkan suku bunga sebanyak dua kali tahun ini kemungkinan permintaan emas bisa tumbuh di atas 4%.

Alwi mengatakan bahwa harga emas masih berpotensi terkoreksi besok. Dia menilai, dalam jangka pendek wajar harga emas rehat sejenak sebelum melanjutkan trennya. Level support psikologis emas berada di US$ 1.300 per ons troi.

Alwi mengatakan, harga emas besok akan bergerak di sekitar US$ 1.300-US$ 1.315 per ons troi. Sementara dalam sepekan ke depan harga emas cenderung menguat yakni berada di level US$ 1.296-US$ 1.326 per ons troi.

“Dollar AS sudah terlalu lama menguat, kemungkinan terkoreksi,” kata Alwi. Sebab, perang dagang semakin mendekati tenggat waktu kesepakatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×