Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Analis menilai prospek emas masih cukup menguntungkan dalam jangka panjang. Permintaan emas sebagai aset aman alias safe haven berpotensi mendorong harga hingga akhir tahun meski saat ini tengah dalam tren koreksi.
Mengutip Bloomberg, Kamis (1/6) pukul 16.47 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2017 di Commodity Exchange melemah 0,54% ke level US$ 1.268,5 per ons troi dibanding sehari sebelumnya.
Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures menyatakan, emas dilanda aksi profit taking komentar hawkish dari pejabat The Fed. Salah satu pejabat The Fed Lael Brainard menyatakan suku bunga akan segara naik.
Kini pelaku pasar masih menanti data Non Farm Payroll (NFP) AS yang dirilis akhir pekan ini. Data tersebut merupakan salah satu acuan The Fed dalam mengambil kebijakan suku bunga.
Meski demikian, pelaku pasar terlihat hati - hati di tengah meningkatnya kembali sentimen politik di Eropa. Inggris akan menggelar pemilu tanggal 8 Juni. Polling terbaru dari YouGov menunjukkan partai konservatif Theresa May akan kehilangan 20 kursi di parlemen.
Sedangkan partai buruh sebagai oposisi diprediksi akan menabah 30 kursi parlemen. Proses Brexit dikhawatirkan akan terhambat jika May kalah dalam pemilu Inggris. Hal tersebut akan memicu kenaikan permintaan safe haven. "Artinya harga emas masih berpeluang menguat," kata Deddy.
Deddy memprediksi harga emas hingga akhir semester pertama tahun ini akan bergulir di kisaran US$ 1.250 - US$ 1.275 per ons troi. "Namun sampai akhir tahun bisa tahan posisi buy emas. Harga masih berpotensi naik ke US$ 1.300," lanjut dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News