Reporter: Dyah Megasari, Bloomberg |
NEW YORK. Harga emas jatuh menuju penurunan terbesar selama 18 bulan terakhir. Harga langsung bereaksi merespon kondisi pasar keuangan yang mulai stabil. Optimisme terhadap aset berisiko ini berhasil mengikis daya pikat logam mulia sebagai safe haven.
Emas anjlok lebih dari 5% dalam dua hari, menghapus rekor yang pernah di capai yaitu US$ 1.917,90 per ounce kemarin. Emas berjangka untuk pengiriman Desember jatuh US$ 72,30 atau 3,9%, ke US$ 1.789 per ounce pada pukul 0:11 di Comex New York. Ini merupakan penurunan terbesar sejak 4 Februari 2010.
Pada 16 Agustus silam, Wells Fargo & Co pernah memperingatkan, potensi bubble bisa terjadi dalam waktu dekat lantaran aksi beli emas beberapa waktu terakhir sudah bersifat spekulatif.
"Penurunan ini merupakan cerita akhir dari perdagangan yang sangat ramai sebelumnya," ujar Adam Klopfenstein senior market strategist MF Global Holdings Ltd di Chicago. Menurutnya, secara jangka pendek, optimisme di pasar saham tumbuh dan hal tersebut menjadi pertanda buruk bagi harga emas.
Sekedar kilas balik, pada kuartal kedua, miliarder dunia yaitu George Soros dan Eric Mindich memangkas kepemilikannya di SPDR Gold Trust. Sedangkan Paulson & Co yang dikelola oleh John Paulson mempertahankan posisinya di pasar emas.
"Meluncurnya harga emas didorong oleh optimisme pasar bahwa The Federal Reserve segera mengumumkan pelonggaran kuantitatif," kata Patricia Mohr, analis komoditas Scotia Capital. Menurutnya, yang terjadi saat ini adalah bahwa investor sulit menebak apa yang akan terjadi. "Pada kenyataannya mereka di kecewakan oleh pasar emas," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News