Reporter: Grace Olivia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik negaranya dari perjanjian internasional terhadap Iran memantik respon Arab Saudi. Negara produsen minyak terbesar di dunia ini memberi sinyal akan meningkatkan produksinya untuk mengimbangi potensi berkurangnya pasokan akibat adanya sanksi baru pada Iran.
Mengutip Reuters, Rabu (9/5) waktu setempat, pejabat Kementerian Energi menyatakan akan bekerja dengan produsen dan konsumen utama di dalam maupun di luar OPEC untuk membatasi dampak dari berkurangnya pasokan.
"Mengikuti keputusan AS untuk menarik diri dari perjanjian nuklir dengan Iran, Arab Saudi berkomitmen untuk mendukung stabilitas pasar minyak demi kepentingan produsen dan konsumen dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi global," ujar pejabat itu, seperti dikutip Reuters dari kantor berita Saudi Press Agency, Rabu (9/5).
Selain memanaskan kembali konfilik di Timur Tengah, pemberlakuan kembali sanksi AS kepada Iran akan memicu ketidakpastian di sektor minyak. Harga minyak dikhawatirkan akan makin melambung seiring dengan turunnya ekspor dari Iran, negara yang memasok sepertiga kebutuhan harian minyak global ini.
Iran memproduksi sekitar 3,8 juta barel per hari dan menjadi negara produsen terbesar ketiga di OPEC, setelah Arab Saudi dan Irak. Jumlah produksinya mencapai 4% dari pasokan minyak dunia.
Sejak perjanjian internasional nuklir Iran mulai berlaku, ekspor minyak negara tersebut kembali meningkat menjadi sekitar 2,5 juta barel per hari, dari yang sebelumnya kurang dari 1 juta barel per hari. Sebagian besar ekspor minyak ditujukan ke Asia, sementara Eropa menerima sekitar 600.000 barel per hari.
Pertemuan OPEC pada Juni mendatang diharapkan akan memberi arah dan kepastian terhadap sektor minyak. Pelaku pasar sejatinya masih berharap kebijakan pemangkasan produksi masih akan berlanjut setidaknya hingga akhir 2018. Namun, kondisi Iran saat ini mendatangkan risiko bagi pergerakan harga minyak yang tampaknya harus menjadi pertimbangan baru bagi OPEC.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News