Reporter: Anna Marie Happy | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Investasi adalah pengorbanan di awal. Itulah definisi berinvestasi bagi Michael Steven, Presiden Direktur PT Kresna Graha Securindo Tbk (KREN).
Maksud Michael, investasi merupakan hasil kemampuan menahan diri agar tidak menghabiskan seluruh penghasilan untuk aktivitaskonsumtif. Bagaimana mendisiplinkan diri sendiri untuk bersedia menyisihkan sebagian penghasilan untuk masa depan.
Pria kelahiran Jakarta ini mulai tertarik berinvestasi sejak 1987, ketika dia masih menempuh pendidikan di The University of Texas, Austin, Amerika Serikat (AS). Ketertarikannya di dunia investasi muncul setelah ia mulai sering membaca buku investasi dan mengikuti seminar-seminar bertema investasi.
Berawal dari ikut-ikutan teman dia pun tertarik berinvestasi emas. Michael mengatakan, saat itu harga emas sangat fluktuatif karena isu pecahnya perang Teluk. “Waktu itu harga emas di level US$ 377 per troi ons. Waktu itu harga emas diprediksi bisa mencapai US$ 400 per troi ons,” tutur dia.
Seiring bertambahnya pengetahuan berinvestasi, Michael pun tertarik melakukan investasi di instrumen lain. Kali ini pilihan produk investasi Michael adalah saham.
Sayangnya, ketika pertama kali bermain saham, ia belum begitu paham karakteristik bursa saham dan hanya mencoba-coba. "Alhasil, saya pun sempat menerima rugi juga," kenang dia.
Perhatikan risiko
Usai menamatkan kuliah di University of Texas, Michael kemudian memutuskan berkarier sebuah perusahaan investasi selama lima tahun di sana. Setelah cukup lama berkarier di AS, pada 1999 Michael memutuskan kembali ke tanah air dan mendirikan perusahaan sekuritas PT Kresna Graha Sekurindo. “Saya ingin memberikan kemudahan bagi masyarakat Indonesia dalam melakukan investasi,” katanya.
Saat ini, Michael tidak hanya berinvestasi di saham dan emas, tetapi juga melakukan diversifikasi investasi di sektor properti. Menurut dia, perkembangan ekonomi di Indonesia membuat investasi di sektor ini makin menarik.
Pria berumur 49 tahun itu memilih berinvestasi properti berupa gedung perkantoran. Bagi dia, kantor adalah rumah kedua, karena kantor adalah tempat berkarya.
Michael saat ini telah memiliki sebuah gedung perkantoran di kawasan Sudirman. "Kelak kantor saya akan pindah ke gedung itu," katanya.
Dari berbagai portofolio investasi, pria yang mengaku sebagai investor bertipe investor conservatively aggressive itu lebih gemar berinvestasi saham. Namun, ketika bermain saham, dia mengaku tetap memperhatikan faktor risiko.
Saat ini, separuh portofolio investasi Michael sebesar 50% berada di pasar saham. Sedang, 30% portofolionya berisikan reksadana, komoditas emas dan forex. Sisa 20% dana investasi, ia tempatkan di properti.
Michael menyarankan, melakukan investasi secepat mungkin, setelah meraih penghasilan, hingga kelak bisa menikmati hasilnya. Ekonomi Indonesia yang sedang tumbuh, sangat cocok bagi kegiatan investasi.
Bagi investor pemula, yang ingin berinvestasi di saham, Michael menyarankan supaya lebih dulu memiliki pengetahuan yang cukup. Bila turun langsung ke bursa saham dan mencoba-coba, biaya yang dikeluarkan akan lebih mahal dan kadang-kadang banyak investor bukannya untung malah buntung.
Tak jarang setelah , si investor rugi kemudian kapok kembali berinvestasi. Ia meyakini, dalam berinvestasi yang terpenting adalah money management.Artinya, harus pintar-pintar mengatur dana yang dialokasikan untuk berinvestasi untuk meminimalisasi risiko merugi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News