Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang lebih tinggi pada tahun 2022 ketimbang tahun sebelumnya.
Misalnya saja ada PT Astra International Tbk (ASII) yang menyiapkan dana belanja modal atau capex sekitar Rp 18 triliun-Rp 20 triliun pada 2022. Nilai tersebut hampir mendekati anggaran capex ASII sebelum pandemi Covid-19 bergulir.
Pada 2019 silam, belanja modal ASII ada di kisaran Rp 21 triliun. Namun, selama pandemi yang dimulai pada 2020, capex ASII hanya Rp 8 triliun. Kemudian, capex ASII mulai naik menjadi Rp 9,2 triliun di tahun lalu.
Baca Juga: Simak Prospek dan Strategi Ciputra (CTRA) Menjaga Kinerja Saat Suku Bunga Naik
Head of Investor Relations Astra Tira Ardianti menuturkan bahwa grup Astra telah membelanjakan sekitar Rp 7,6 triliun belanja modal pada semester pertama 2022.
"Belanja modal utamanya kami gunakan untuk pengadaan alat berat PT Pamapersada Nusantara (Pama), renovasi, pengembangan diler otomotif, investasi digital dan lainnya," ujar Tira kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.
Pada paruh kedua tahun ini, Tira menyebut sebagian besar belanja modal akan dialokasikan untuk belanja modal rutin dan juga rencana investasi ASII ke depan. Tapi, Tira belum dapat menyampaikan detailnya.
Baca Juga: Emiten Siapkan Capex Lebih Tebal, Simak Serapannya hingga Semester 1-2022
Baru-baru ini, melalui anak usahanya yakni PT United Tractors Tbk (UNTR), Grup Astra juga resmi menambah kepemilikan saham di PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), operator Pembangkit Listrik Mini Hydro (PLTM) dengan total nilai transaksi Rp 176,5 miliar.
Kemudian ada emiten grup Emtek yang menggelontorkan belanja moda lebih tebal. Wakil Direktur Utama PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), Sutanto Hartono mengatakan, EMTK mengalokasikan belanja modal 60% lebih besar dari tahun 2021 atau sekitar Rp 720 miliar.
EMTK telah menggunakan sekitar 50% belanja modal pada semester pertama tahun ini. "Sebagian besar belanja modal tahun ini akan dialokasikan untuk bisnis media dan healthcare perusahaan," ungkapnya dalam paparan publik EMTK beberapa waktu lalu.
Baca Juga: BI Kerek Suku Bunga Acuan ke Level 3,75%, Ini yang Bakal Dilakukan BCA
Sutanto menjelaskan, bisnis media akan menyerap belanja modal lebih besar seiring dengan kewajiban migrasi dari siaran televisi analog ke digital. Sementara untuk bisnis layanan kesehatan membutuhkan belanja modal guna membeli peralatan medis dan pembangunan fasilitas dari tahun sebelumnya.
Selanjutnya, ada emiten PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel (MTEL) yang sudah menyerap 85,7% dari anggaran belanja modal atawa capital expenditure (capex) hingga semester I-2022.
Asal tahu saja, MTEL menganggarkan belanja modal sebesar Rp 14 triliun di tahun ini. Artinya, perusahaan telah menggunakan capex sebesar Rp 12 triliun di enam bulan pertama di 2022. Manajemen MTEL mengungkapkan alokasi Rp 12 triliun itu sudah termasuk untuk mendanai akuisisi 6.000 tower Telkomsel.
Baca Juga: Kinerja di Atas Ekspektasi, Simak Rekomendasi Saham Medco Energi (MEDC) Berikut Ini
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo mengungkapkan, setelah digempur pandemi Covid-19 selama dua tahun, memang banyak emiten yang berencana untuk kembali melakukan ekspansi.
"Dengan adanya fundamental ekonomi negara yang solid, serta daya beli masyarakat yang relatif masih tinggi dibandingkan negara-negara lain, tentunya ini bisa menjadi kesempatan yang baik untuk ekspansi dan meningkatkan performa perusahaan," ungkapnya pada Kontan, Selasa (23/8).
Hanya saja, William melihat, peningkatan inflasi yang cukup signifikan bisa menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat serapan belanja modal emiten tahun ini.
Baca Juga: BI Tambah Insentif Bagi Bank Penyalur Kredit ke Sektor Prioritas dan Segmen UMKM
William melihat, sektor perbankan dan sektor energi memiliki prospek yang menarik di tahun ini. Hal ini dikarenakan naiknya suku bunga Bank Indonesia yang bisa menjadi sentimen positif untuk sektor perbankan dan kenaikan kebutuhan batu bara dunia yang bisa menjadi sentimen positif untuk sektor energi.
Dengan prospek yang bagus, kata William, tentunya serapan belanja modal bisa menjadi lebih optimal. "Ekspansi bisnis ini diharapkan bisa mengungkit kinerja dan menjaga performa emiten-emiten ke depannya," imbuh William.
Dari sektor-sektor tersebut, ia menjagokan saham BBCA, BBRI, BBHI, BRMS, ELSA, dan HRUM. William memberikan rekomendasi buy BBCA dengan support Rp 7.725 dan resistance Rp 8.300, kemudian buy BBRI dengan support Rp 4.250 dan resistance Rp 4.470.
Selanjutnya, William memberikan rekomendasi buy on weakness untuk saham BBHI dengan support Rp 3.300 dan resistance Rp 4.100, buy on weakness BRMS dengan support Rp 220 dan resistance Rp 248, buy saham ELSA dengan support Rp 296 dan resistance Rp 340, dan buy on weakness saham HRUM dengan support Rp 1.570 dan resistance Rp 1.950.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News