kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Prospek dan Strategi Ciputra (CTRA) Menjaga Kinerja Saat Suku Bunga Naik


Selasa, 23 Agustus 2022 / 21:04 WIB
Simak Prospek dan Strategi Ciputra (CTRA) Menjaga Kinerja Saat Suku Bunga Naik
ILUSTRASI. CitraLand BSB City Semarang. Ciputra Development (CTRA) optimistis bisa mengelola dampak kenaikan suku bunga.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%. Meski ditaksir bakal menjadi sentimen negatif bagi sektor properti, tapi PT Ciputra Development Tbk (CTRA) optimistis bisa mengelola dampak kenaikan suku bunga.

Direktur CTRA Tulus Santoso mengamini bahwa kenaikan suku bunga menjadi momok bagi bisnis properti, lantaran terkena imbas di dua sisi. Dari sisi produsen ada beban di bunga pinjaman, sedangkan dari sisi konsumen terdampak bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Meski begitu, Tulus menilai kenaikan suku bunga acuan BI di level 0,25% masih sesuai dengan ekspektasi pasar, sehingga dampaknya masih bisa dikelola. "Kenaikan 0,25% masih manageable, semestinya masih terkendali," kata Tulus kepada Kontan.co.id, Selasa (23/8).

Baca Juga: Saham Ciputra Development (CTRA) Memerah Meski Laba Meroket, Masih Menarik Dikoleksi?

Direktur CTRA Harun Hajadi menambahkan bahwa dampak dari kenaikan 25 bps ini masih belum signifikan. Dengan harapan, perbankan tidak menaikkan KPR secara agresif.

Harun pun menyoroti bahwa tantangan sektor properti tahun ini datang dari laju inflasi yang bisa mendorong kenaikan suku bunga serta bahan-bahan bangunan. Namun, Harun optimistis laju inflasi masih bisa terkontrol.

Sehingga, dia memperkirakan laju tinggi inflasi dan kenaikan suku bunga hanya berlangsung hingga akhir tahun ini, atau pada kuartal pertama 2023. "Karena inflasi lebih banyak disebabkan supply factor, belum ke demand factor. Maka kenaikan suku bunga sifatnya temporer," terang Harun.

CTRA pun tidak punya persoalan dari sisi pendanaan. Belanja modal atawa capital expenditure (capex) CTRA di tahun ini masih bisa dipenuhi secara internal. Adapun, CTRA mengalokasikan dana sekitar Rp 800 miliar sebagai capex di 2022.

Tulus menyampaikan, realisasi capex CTRA sejauh ini mencapai sekitar Rp 500 miliar. "Capex sebagian besar untuk tanah, tidak ada ekspansi yang signifikan," imbuh Tulus.

Baca Juga: PPN DPT Berakhir Bulan Depan, Ciputra (CTRA) Belum Berencana Naikkan Harga Jual

Untuk menjaga kinerja di sisa tahun ini, Tulus membeberkan bahwa CTRA akan meneruskan proyek berjalan sembari meluncurkan klaster-klaster baru. CTRA juga menunggu peluang yang ditawarkan pemerintah di Ibu Kota Negara (IKN) baru.

Di samping itu, CTRA fokus menggenjot segmen pendapatan berulang dari operasional mall dan hotel, yang diharapkan bisa pulih lebih cepat pasca pandemi.

Tapi, menimbang kondisi saat ini, Tulus masih belum bisa memprediksi raihan kinerja CTRA hingga tutup tahun 2022. "Untuk target akhir tahun agak sulit diprediksi, karena masih banyak faktor yang uncertainty," ujar Tulus.

Baca Juga: Pengembang Menahan Ekspansi Akibat Sektor Perkantoran Masih Tertekan

Yang pasti, Harun menekankan bahwa CTRA belum merevisi target yang dicanangkan pada awal tahun. Peluang untuk menjaga pertumbuhan kinerja masih bisa didapat lewat beragam proyek yang tersebar di lebih dari 20 kota di Indonesia.

"Semuanya berkontribusi dalam jumlah yang berbeda-beda tergantung kota dan jenis proyeknya. IKN, masih melihat-lihat opportunity apa saja yang bisa kami jajaki," ujar Harun.

Adapun, kinerja keuangan CTRA terbilang cemerlang sepanjang semester pertama 2022. CTRA bisa mendongkrak pendapatan sebanyak 15,92% secara year on year dari Rp 4,02 triliun menjadi Rp 4,66 triliun.

Dari sisi bottom line, laba bersih CTRA tumbuh signifikan. CTRA meraih laba bersih Rp 1 triliun, meroket 107,83% dibanding laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk CTRA pada Semester I-2021 sebesar Rp 483,47 miliar.

Baca Juga: Banyak Proyek di Semester II-2022, Emiten Properti Masih Menarik

Rekomendasi Saham

Di tengah kenaikan suku bunga BI, saham CTRA justru bergerak naik 2,13% ke harga Rp 960 pada perdagangan hari ini (23/8). Berbalik arah dibandingkan kemarin, yang mana saham CTRA anjlok 4,08%.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei melihat pertumbuhan kinerja dan pra-penjualan (marketing sales) CTRA pada Semester I-2022 punya hasil yang lebih baik dibandingkan banyak emiten properti lain yang cenderung flat.

Di sisi lain, interest coverage ratio menunjukkan kemampuan CTRA yang solid untuk membayar utangnya. "Dengan neraca CTRA yang kuat kami melihat ke depannya tidak akan memberatkan kinerja perseroan," kata Jono kepada Kontan.co.id, Selasa (23/8).

 

Jono menyoroti, CTRA juga punya keunggulan pendapatan berulang yang kuat dari segmen mall, hotel dari rumah sakit, yang ikut menjadi penopang pendapatan. Portofolio segmen real estate juga terdiversifikasi dari jenis produk dan lokasi yang tersebar di Indonesia.

Dengan kinerja yang sehat, CTRA pun dinilai mampu menghadapi tantangan yang mengadang di tahun ini. Oleh sebab itu, Jono memberikan rekomendasi beli saham CTRA dengan target harga di Rp 1.500.

Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael juga memperkirakan kinerja CTRA masih mampu bergerak secara solid sampai akhir tahun nanti. Di lain sisi, level kenaikan suku bunga juga masih sejalan dengan ekspektasi pasar.

Baca Juga: Genjot Ekspansi Luar Jawa, Ini Agenda Bisnis Ciputra Development (CTRA)

Menimbang hal tersebut, Benyamin memberikan rekomendasi beli untuk saham CTRA. Saham Ciputra dinilai masih menarik dikoleksi dengan target harga berada di level Rp 1.300.

Sementara itu, Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menyarankan untuk wait and see terlebih dulu. Dia menilai dampak kenaikan suku bunga bagi emiten properti tetap perlu dipertimbangkan.

Selain itu, ada kemungkinan investor mulai berpikir mengurangi posisi di sektor ini. "Itu berpotensi menimbulkan tekanan harga dalam jangka pendek," pungkas Ivan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×