Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Di tengah perlambatan ekonomi, PT Alam Sutera Tbk (ASRI) mencoba menahan diri untuk ekspansi dengan memangkas anggaran belanja modal (capital expenditure /capex) tahun 2015. Maklum, penjualan perseroan selama paruh pertama masih sangat minim.
Mengutip Keterbukaan, Selasa (11/8), ASRI memangkas capex tahun hingga 25% dari semula Rp 3 triliun menjadi Rp 2,25 triliun. Capex ini akan dialokasikan dari kas internal serta hasil marketing sales.
Penundaan ekspansi terutama dilakukan di sektor low rise dengan memangkas capex 50% menjadi Rp 500 miliar. Sebelumnya, perseroan berencana mengalokasikan capex masing-masing Rp 1 triliun untuk akuisisi lahan, bangun high rise building dan pembangunan proyek low rise (perumahan).
Sekitar Rp 460 miliar capex akan digunakan untuk proyek low rise Pasar Kemis dan Rp40 miliar sisanya untuk proyek Serpong. "Awalnya konstruksi low rise mau dipercepat tahun ini tapi karena kondisi yang tidak memungkinkan kami kembali ke rencana awal. Jadi ini sifatnya penundaan saja dan akan dinaikkan pada tahun 2016," ungkap manajemen ASRI.
Sementara capex untuk akuisisi lahan diturunkan menjadi Rp 950 miliar dan untuk konstruksi proyek high rise menjadi Rp 800 miliar. ASRI menyiapkan dana Rp 750 miliar untuk akuisisi lahan Moderland di Serpong Utara seluas Rp 35 ha dan Rp 200 miliar dialokasi untuk membebaskan lahan di Pasar Kemis. Sedangkan capex highrise akan digunakan untuk pembangunan prominence, The Tower, Paddington Heights, Kota Ayodhya dan GWK.
Target marketing sales dipangkas
Minimnya perolehan marketing sales atau pra penjualan semester I membuat ASRI juga harus memangkas target. Perseroan menurunkan target marketing sales dari Rp 5,8 triliun menjadi Rp 4,5 triliun . Sekitar Rp 1,3 triliun diincar dari proyek komersial di Serpong, dari proyek komersial pasar Kemis Rp 500 miliar, perumahan pasar Kemis Rp 800 miliar, Rp 600 miliar dari proyek apartemen, penjualan perkantoran Rp 1,2 triliun dan Rp 100 miliar dari hospitality GWK Bali.
Semester I, emiten properti ini baru mengantongi pra penjualan Rp 1,16 triliun atau 25% dari target baru dan ini melorot 55,7% secara year on year (yoy). Senilai Rp 433 miliar diperoleh dari proyek komersial di Serpong, proyek komersial Pasar Kemis menyumbang Rp 206 miliar, residential Pasar Kemis Rp 293 miliar, penjualan apartemen Rp 176 miliar, dan penjualan perkantoran Rp 57 miliar.
Kendati realisasi paruh pertama baru 25% dan ekonomi mengalami perlambatan, manajemen ASRI optimis target marketing sales tahun ini bisa tercapai. Pasalnya, perseroan telah membentuk tim marketing baru khusus untuk penjualan apartemen untuk mendongkrak penjualan. Pelonggaran LTV juga diharapkan mampu menyokong pencapaian target ini.
Selain itu, ASRI juga akan menjalin kerjasama join venture dengan investor dalam dan luar negeri sehingga dapat membantu perseroan dari segi penjualan dan berupaya mempercepat penjualan aset yang bisa dampak positif terhadap marketing sales maupun cash flow.
Per 30 Juni 2015, kas dan setara kas ASRI tercatat sebesar Rp 536,2 miliar atau turun dari Rp 880,7 miliar pada awal tahun. Manajemen ASRI memperkirakan hingga akhir tahun kas perseroan akan kurang dari Rp 1 triliun.
Thendra Chrisnanda, analis BNI Securitas menilai langkah ASRI menahan ekspansi adalah langkah yang tepat mengingat tantangan industri properti saat ini cukup besar. Terbukti dengan melambatnya marketing sales perseroan semester I dan juga harus menanggung beban kurs di tengah pelemahan mata Rupiah. “Ini menjaga kondisi keuangan. Jika memaksa ekspansi malah akan beresiko besar,” kata Thendra pada KONTAN, Selasa (11/8)
Kendati melambat, Thendra melihat prospek ASRI masih akan mengindikasikan perbaikan. Pasalnya, perseroan melakukan strategi bisnis join operation dengan investor asing untuk mengembangkan lahannya di Alam Sutera dan pasar Kemis. Dia pun melihat target marketing sales ASRI tahun ini masih bisa tercapai.
Hanya saja, strategi bisnis join operation tersebut hanya akan memberikan sentimen positif dalam jangka pendek. Thendra mengatakan untuk prospek jangka panjang akan tergantung pada proyek-proyek baru yang akan diluncurkan perseroan.
Senada, Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menilai pemangkasan capex yang dilakukan ASRI sudah cukup tepat agar tetap bisa menjaga kondisi keuangan di tengah lesunya penjualan properti.
Menurutnya Hans, sektor properti yang masih memiliki prospek baik tahun ini hanya yang memiliki proyek recurring income yang cukup besar. Oleh karena itu, dia melihat prospek ASRI hingga akhir tahun masih akan tertekan.
Hans menargetkan harga saham ASRI hingga akhir tahun Rp 590 dan merekomendasikan wait and see. Sementara Thendra masih merekomendasikan buy dengan target harga Rp 780.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News