Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perlambatan ekonomi domestik turut menekan sejumlah sektor bisnis, termasuk pariwisata. Industri pariwisata dalam negeri, mulai perhotelan, jasa perjalanan hingga objek wisata, diprediksikan melambat tahun ini.
Kelesuan ekonomi dan melemahnya daya beli menyebabkan masyarakat lebih memprioritaskan kebutuhan primer ketimbang sekunder seperti pariwisata. Alhasil, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA), salah satu emiten pengembang objek wisata, turut terkena imbas pelemahan daya beli masyarakat.
Managing Partner Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menyebutkan, perlambatan ekonomi menyebabkan masyarakat cenderung mengesampingkan keinginan berwisata. Saat ini PJAA mengelola wahana wisata antara lain Dunia Fantasi, Ocean Dream Samudra, Atlantis Water Adventure, Ocean Ecopark, Gondola, Pasar Seni dan Outbondholic. PJAA juga memiliki resor Putri Duyung, Pulau Bidadari dan Marina. Bukan hanya itu, PJAA mengembangkan properti seperti Jaya Ancol Seafront, Northland Apartment, Ocean Breeze dan Coastavilla.
Semester I 2015, perusahaan yang mayoritas sahamnya milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini mengantongi pendapatan Rp 476,73 miliar. Jumlah itu menurun 2,34% dibandingkan dengan pendapatan semester I-2015 senilai Rp 488,18 miliar. Lantaran ada pendapatan lain dan keuntungan penjualan aset tetap, PJAA mencetak pertumbuhan laba bersih.
Di paruh pertama tahun ini, laba bersih PJAA melompat 67,25% year-on-year (yoy) menjadi Rp 121,78 miliar. Para analis sepakat, tahun ini PJAA bakal keteteran.
Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Lucky menilai, kinerja PJAA tertekan oleh kondisi makro ekonomi Indonesia. Dia memprediksi, pendapatan PJAA pada tahun ini akan turun sekitar 2% sampai 5%. Sedangkan Kiswoyo memperkirakan, pendapatan PJAA stagnan atau tumbuh di kisaran 3% sampai 5%.
Sejatinya, pemerintah berupaya menggerakkan sektor pariwisata. Salah satunya adalah menelurkan kebijakan bebas visa kunjungan kepada warga sejumlah negara. Pemerintah berniat menambah bebas visa menjadi 47 negara. Secara umum, kebijakan ini bisa mengundang turis mancanegara. Hanya saja, bagi PJAA, kebijakan bebas visa tidak punya pengaruh besar.
Sekretaris Perusahaan PJAA Metty Yan Harahap mengakui, porsi wisatawan asing dari total pengunjung Ancol hanya di bawah 3%. Sebagian besar turis asing berasal dari Arab Saudi dan Malaysia. "Ancol masih merupakan destinasi turis nasional," ucap dia, kepada KONTAN, Kamis (10/9).
Kiswoyo juga menilai, kebijakan bebas visa tak akan berpengaruh positif terhadap kinerja PJAA. Dia pun membandingkan jauhnya daya tarik Dunia Fantasi dengan Universal Studio Singapura.
Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya juga mengungkapkan ketentuan bebas visa ini cuma berdampak langsung ke perusahaan tur dan perjalanan. Harga saham PJAA kemarin turun 0,75% ke Rp 1.975 per saham. Lantaran tak likuid, Lucky menyarankan jual dengan target Rp 1.876. Kiswoyo dan William memasang hold dengan target masing-masing Rp 2.000 dan Rp 2.100.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News