Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kondisi perekonomian China yang belum pulih menjadi indikasi kuat penurunan permintaan logam industri, termasuk nikel. Wajar jika pergerakan harga nikel menukik di awal tahun ini.
Mengutip Bloomberg pada Rabu (6/1) , harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange terkoreksi 0,23% ke US$ 8.505 per metrik ton dibandingkan hari sebelumnya.
Buruknya katalis di pasar global juga menjadi penyebab harga nikel sudah terpuruk 2,24% dalam sepekan terakhir.
Pengamat komoditas Andri Hardianto menuturkan, buruknya data manufaktur dan tingginya ketidakpastian ekonomi China menampar pergerakan komoditas logam industri. Sebab, hingga kini China merupakan konsumen utama.
Laporan Analis Kenneth Hoffman dan Zhou Zhang dalam World Bureau of Metal Statistics, seperti yang dikutip dari Bloomberg menyebutkan, permintaan nikel global pada tahun 2014 sekitar 1,7 juta ton. Dari jumlah tersebut, permintaan China mencapai 760.000 ton.
Jika tidak ada perbaikan ekonomi di Negeri Panda, penyerapan pasokan nikel yang berlimpah bakal minim. "Stimulus terbaru yang digelontorkan Pemerintah China untuk menggenjot ekspor, artinya dari sisi permintaan belum membaik," kata Andri.
Malah tidak menutup kemungkinan, Tiongkok yang merupakan produsen nikel, menambah stok di pasar global. China memang banyak menyerap nikel sebagai bahan baku pembuatan stainless steel.
Sementara berdasarkan data International Stainless Steel Forum, produksi stainless steel secara global periode bulan Januari–September 2015 menyusut 0,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2014.
Di akhir tahun lalu, Goldman Sachs Inc sudah menyatakan, jika kondisi oversupply yang membayangi pasar nikel tidak akan berakhir, dengan rencana pemangkasan produksi. Sebab, jumlahnya dinilai terlampau kecil.
"Ada memang rencana beberapa produsen dari negara lain untuk pangkas produksi tapi kalau permintaan kering, artinya tetap tidak banyak dukungan bagi harga," analisis Andri. Buruknya keadaan permintaan dan penawaran ini disinyalir akan menyeret harga nikel pada Kamis (7/1).
Selain masalah di pasar, harus melihat pergerakan USD yang diprediksi menguat jika FOMC minutes hawkish. Secara teknikal, harga bergulir di bawah moving average (MA) 50, 100 dan 200 menegaskan penurunan lanjutan.
Garis MACD juga di area negatif bergerak downtrend. RSI di bawah level 50. Sedangkan stochastic di atas level 50. Andri memprediksi, harga nikel Kamis (7/1) di rentang US$ 8.450–US$ 8.550 dan sepekan US$ 8.400–US$ 8.550 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News