kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ekonomi China melambat, harga nikel melemah


Minggu, 10 Maret 2019 / 15:02 WIB
Ekonomi China melambat, harga nikel melemah


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi China diprediksi melamban di tahun ini. Pekan lalu, Perdana Menteri China Li Keqiang dalam laporan sesi rapat tahunan Kongres Nasional China memperkirakan produk domestik brutonya (PDB) akan tumbuh  6%-6,5% di 2019. Melambatnya ekonomi China akan mempengaruhi harga nikel.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan China merupakan salah satu importir nikel terbesar di dunia. Jadi, pelambatan ekonomi China berpengaruh ke harga nikel.

Mengutip Bloomberg, Jumat (8/3), harga nikel kontrak tiga bulanan di bursa London Metal Exchange (LME) berada di posisi US$ 13.035 per metrik ton. Harga ini melemah 2,5% dari perdagangan sehari sebelumnya.

Dalam sepekan, harga komoditas ini pun terkoreksi 0,91% yakni seharga US$ 13.155 per metrik ton pada perdagangan Jumat (1/3). “Ekonomi China melemah ditambah kecenderungan investor akhir pekan melakukan aksi ambil untung,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Sabtu (9/3).

Ia menambahkan, situasi ekonomi China saat ini merupakan efek domino dari perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Negosiasi penyelesaian perang dagang AS-Chona yang sebelumnya dijadwalkan selesai 1 Maret lalu diundur sampai 27 Maret. Inilah yang membuat pelaku pasar cenderung pesimistis terhadap komoditas.

Bertolak belakang dengan China, ekonomi AS cenderung positif. Data ekonomi AS yang dirilis pekan lalu menghembuskan angin segar. Salah satunya, data PMI Composite non-manufacture AS di bulan Februari 2019 yang meningkat ke level 59,7 atau lebih baik dari bulan sebelumnya di level 56,7.

Ibrahim menilai, rilis data tersebut nampaknya menjadi alasan The Fed untuk mantap menaikkan suku bunga acuannya di tahun ini, entah satu atau dua kali. Artinya ada kecenderungan indeks dollar AS memasuki tren positif.

Nah, dampaknya bagi komoditas seperti nikel akan melemah karena dalam transaksinya diperdagangkan menggunakan dollar AS. Ibrahim menuturkan, dalam perdagangan nikel, flukluasi harga umumnya bisa mencapai US$ 300-US$ 500 per metrik ton.

Makanya tak heran bila harga nikel pada penutupan perdagangan pekan lalu terkoreksi cukup dalam. Ibrahim meramal pada perdagangan Senin (11/3), harga nikel masih bisa menguat karena sedikit optimisme pasar terhadap perang dagang.

Tetapi harga nikel juga mungkin masih terkoreksi. Sebab, Ibrahim bilang, tak dipungkiri pelemahan ekonomi juga terjadi di belahan negara lain seperti Uni Eropa (UE). Pekan lalu Eropean Central Bank (ECB) pun merevisi pertumbuhan ekonomi Uni Eropa dari 1,7% menjadi 1,1% pada akhir tahun ini.

Besok, harga nikel diprediksi akan bergerak dikisaran  US$ 13.120-US$ 13.300 per metrik ton. Sementara dalam sepekan ke depan di kisaran US$ 12.800-US$ 13.450 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×