kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.095   -25,00   -0,16%
  • IDX 7.108   -49,86   -0,70%
  • KOMPAS100 1.064   -9,05   -0,84%
  • LQ45 834   -8,40   -1,00%
  • ISSI 216   -2,01   -0,92%
  • IDX30 426   -3,80   -0,88%
  • IDXHIDIV20 514   -4,38   -0,84%
  • IDX80 121   -1,10   -0,90%
  • IDXV30 127   -0,23   -0,18%
  • IDXQ30 142   -1,29   -0,90%

Efek depresiasi rupiah, ada empat perusahaan berisiko karena utang dolar


Kamis, 16 April 2020 / 16:41 WIB
Efek depresiasi rupiah, ada empat perusahaan berisiko karena utang dolar
ILUSTRASI. Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (2/4/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada penutupan perdagangan Kamis (2/4) sebesar 45 poin atau 0,


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Depresiasi rupiah dan rupee Indonesia terhadap dollar AS akan meningkatkan risiko pada perusahaan yang memiliki pengeluaran dalam bentuk dollar dan pendapatan mata uang lokal (missmatces). Tak hanya itu, menurut Moody's Investor Service risiko juga bisa terjadi pada perusahaan yang memiliki ketergantungan pada utang dalam mata uang dollar AS. 

Moody's menjelaskan, rating yang diberikan sebelumnya mencerminkan kondisi operasional yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sehingga kondisi ini bisa memicu pelemahan laba karena utang yang tinggi serta membuat risiko pembiayaan kembali terganggu. 

Baca Juga: Rupiah Melemah, Emiten yang Punya Utang Dollar AS Kian Waspada

Dalam rilis Kamis (16/4), Moody's memaparkan sebagian besar perusahaan dengan yield tinggi di Asia Selatan dan Asia Tenggara dapat menahan depresiasi 10%-15% terhadap dollar AS. Ini sudah memperhitungkan wabah virus corona yang sedang menguji kualitas kredit, leverage dan likuiditas.

"Kami telah melihat sejumlah mata uang lokal terdepresiasi terhadap dollar AS selama beberapa bulan terakhir, termasuk rupiah yang mencapai tingkat terendah sejak krisis keuangan Asia. Ini meningkatkan risiko pembiayaan kembali untuk beberapa perusahaan Indonesia pada saat wabah virus terjadi. Serta menghambat pertumbuhan pendapatan dan arus kas," kata Annalisa Di Chiara, Wakil Presiden Senior Moody dalam rilis. 

Dari 43 perusahaan yang telah Moody's rating di Asia Selatan dan Asia Tenggara. "Ada empat perusahaan Indonesia rentan terhadap depresiasi lebih lanjut sebesar 10%-15% terhadap dollar AS karena ketidakcocokan mata uang dan paparan utang dollar AS," tambah Di Chiara.

Mismatches ini membuat perusahaan induk yang berbasis di Indonesia sangat rentan. Perusahaan tersebut diantaranya, PT MNC Investama Tbk (BHIT) dengan rating Caa1 outlook negatif dan produsen ban PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dengan Caa1 dan outlook negatif. 

Dua perusahaan ini lebih rentan terhadap kenaikan tingkat utang dan biaya karena memiliki lebih dari 90% dari utang dalam mata uang dollar AS. Tetapi perusahaan tersebut menghasilkan sebagian besar dari arus kas dalam rupiah.

Perusahaan lain memiliki perjanjian lindung nilai yang bisa membantu mengurangi risiko. Tapi menurut Moody's lindung nilai alias hedging hanya sampai di atas Rp 16.000 per dollar AS. Emiten tersebut diantaranya pengembang properti PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dengan Caa1 outlook negatif dan PT Modernland Realty Tbk (MDLN) dengan B3 outlook negatif. 

Baca Juga: Moody's Pangkas Peringkat Utang Enam Emiten, dari ASRI, BUMI Hingga MEDC

Baca Juga: Rating dipangkas Moody's, ini upaya Gajah Tunggal (GJTL) menjaga kinerja

Beberapa perusahaan lain sudah memiliki hedging alami baik melalui pendapatan dalam dollar AS. Mereka juga memiliki cadangan uang tunai dalam dollar AS, lindung nilai keuangan, atau kombinasi faktor-faktor ini untuk membantu risiko pergerakan mata uang yang tidak menguntungkan.

Namun, kondisi operasi akibat wabah virus corona ini menguji kemampuan perusahaan yang memberi yield tinggi. Obligasi jatuh tempo obligasi dollar AS akan naik menjadi sekitar US$ 2 miliar pada tahun 2021 dan US$ 5 miliar pada tahun 2022.

Laporan Moody's, dari 43 perusahaan dengan yield tinggi di Asia Selatan dan Tenggara, 28 berbasis di Indonesia dan 12 di India.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×