Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
Mismatches ini membuat perusahaan induk yang berbasis di Indonesia sangat rentan. Perusahaan tersebut diantaranya, PT MNC Investama Tbk (BHIT) dengan rating Caa1 outlook negatif dan produsen ban PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dengan Caa1 dan outlook negatif.
Dua perusahaan ini lebih rentan terhadap kenaikan tingkat utang dan biaya karena memiliki lebih dari 90% dari utang dalam mata uang dollar AS. Tetapi perusahaan tersebut menghasilkan sebagian besar dari arus kas dalam rupiah.
Perusahaan lain memiliki perjanjian lindung nilai yang bisa membantu mengurangi risiko. Tapi menurut Moody's lindung nilai alias hedging hanya sampai di atas Rp 16.000 per dollar AS. Emiten tersebut diantaranya pengembang properti PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dengan Caa1 outlook negatif dan PT Modernland Realty Tbk (MDLN) dengan B3 outlook negatif.
Baca Juga: Moody's Pangkas Peringkat Utang Enam Emiten, dari ASRI, BUMI Hingga MEDC
Baca Juga: Rating dipangkas Moody's, ini upaya Gajah Tunggal (GJTL) menjaga kinerja
Beberapa perusahaan lain sudah memiliki hedging alami baik melalui pendapatan dalam dollar AS. Mereka juga memiliki cadangan uang tunai dalam dollar AS, lindung nilai keuangan, atau kombinasi faktor-faktor ini untuk membantu risiko pergerakan mata uang yang tidak menguntungkan.
Namun, kondisi operasi akibat wabah virus corona ini menguji kemampuan perusahaan yang memberi yield tinggi. Obligasi jatuh tempo obligasi dollar AS akan naik menjadi sekitar US$ 2 miliar pada tahun 2021 dan US$ 5 miliar pada tahun 2022.
Laporan Moody's, dari 43 perusahaan dengan yield tinggi di Asia Selatan dan Tenggara, 28 berbasis di Indonesia dan 12 di India.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News