kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Dua analis ini rekomendasikan buy saham SRIL, simak alasannya


Rabu, 15 Januari 2020 / 06:30 WIB
Dua analis ini rekomendasikan buy saham SRIL, simak alasannya


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) diprediksi masih positif, khususnya saat nilai tukar rupiah dalam tren menguat.

Analis Panin Sekuritas Ishlah Bimo Prakoso menjelaskan, ketika rupiah menguat aktivitas impor SRIL justru diuntungkan. Mengingat, SRIL juga mengimpor bahan baku, dan melakukan pembayaran dalam bentuk dolar AS.

"Akan ada efisiensi dari impor, dengan kurs yang sedang turun, sementara sekitar 60% kinerja SRIL berasal dari aktivitas ekspor. Dengan demikian, terjadi pola natural hedging," kata Ishlah saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (14/1).

Baca Juga: Sritex (SRIL) optimistis tumbuh dobel digit tahun depan

Ishlah mengakui, penguatan rupiah akan berdampak pada aktivitas ekspor yang bakal lesu. Namun, dia masih memandang positif prospek SRIL di 2020 mengingat permintaan dari domestik diyakini masih akan tumbuh, didukung kebijakan pemerintah untuk melindungi produk-produk domestik.

Untuk itu, meskipun pasar ekspor tidak terlalu diuntungkan oleh penguatan nilai tukar rupiah, kinerja SRIL masih bisa didukung permintaan dari domestik. Ditambah lagi, SRIL juga akan fokus mendorong kinerja ekspor ke Amerika Serikat (AS) dan Amerika Latin.

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, prospek saham SRIL di 2020 masih berpeluang untuk bergerak positif. Meskipun, penguatan nilai tukar rupiah yang berlangsung saat ini bisa menjadi sentimen negatif.

"Ini karena, perhitungan kinerja SRIL dalam bentuk dolar AS. Tetapi, perusahaan itu tampaknya sudah mengantisipasi kondisi tersebut dengan melakukan hedging," jelas Sukarno kepada Kontan, Selasa (14/1).

Baca Juga: Sritex (SRIL) percepat pelunasan surat utang senior yang jatuh tempo 2021

Di samping itu, juga penguatan rupiah juga bisa menjadi sentimen positif khususnya untuk permintaan dari domestik. Selain itu, beberapa biaya-biaya atas pembelian bahan baku menggunakan dolar AS, sehingga bisa menjadi keuntungan sendiri bagi SRIL.

"Kesimpulannya, penguatan rupiah saat ini tidak terlalu berdampak signifikan ke kinerja. Prospek SRIL ke depan tergantung target peningkatan ekspornya," ungkapnya.

Sukarno menjelaskan, upaya SRIL untuk meningkatkan kinerja ekspor sekaligus menjadi pendorong volume penjualan meningkat.

Adapun target ekspor yakni ke Amerika Serikat (AS). Kinerja emiten tekstil tersebut di sokong permintaan dari pelanggan asing, khususnya dari Amerika Serikat dan Amerika Latin yang tumbuh 191,39 yoy di kuartal III-2019 menjadi US$ 72,67 juta.

Adapun komposisi ekspor SRIL per September 2019 yakni 60,5% ke wilayah Asia, Eropa 15,2%, Amerika Serikat dan Amerika Latin 13,6%, Uni Emirat Arab dan Afrika 10,5% dan Australia 0,3%.

Baca Juga: Sri Rejeki Isman (SRIL) merampungkan pelunasan utang US$ 188 juta

Sebagai informasi, per September 2019 produsen tekstil tersebut berhasil membukukan laba bersih 2,45% year on year (yoy) menjadi US$ 72,22 juta, dari capaian sebelumnya US$ 70,49 juta.

Peningkatan tersebut ditopang oleh kenaikan angka penjualan sebanyak 17,16% menjadi US$ 895,08 juta, dari capaian periode yang sama tahun lalu yakni US$ 763,95 juta 

Adapun kinerja ekspor per kuartal III-2019 tercatat tumbuh menjadi US$ 534,54 juta atau sekitar 31,71% yoy dari capaian sebelumnya US$ 405,86 juta. Asal tahu saja, 59,72% angka penjualan SRIL berasal dari kinerja ekspor, khususnya untuk penjualan benang, pakaian jadi, kain jadi, hingga kain mentah.

Mengutip RTI, pada perdagangan Selasa (14/1) saham SRIL tercatat mengalami pelemahan 0,74% dan ditutup pada zona merah yakni Rp 268 per saham.

Baca Juga: Aturan safeguard TPT berlaku, SRIL: Permintaan domestik berpeluang meningkat

Dilihat dari valuasi, Sukarno mengungkapkan saham SRIL saat ini sudah tergolong diskon. Dilihat dari relatif valuasi PE 4,51 kali dibandingkan dengan PE Industri 110 kali, P/S SRIL 0,34 kali dibandingkan P/S Indsutri 0,86 kali, PBV SRIL 0,68 kali dibandingkan PBV industri 1,07 kali dan EV/Ebitda 5,65 kali dibandingkan EV/Ebitda industri 11,07 kali.

Secara teknikal, saham SRIL memiliki peluang kembali transisi tren bullish. Skenario harga untuk kembali dalam tren bullish, yakni saat harga dalam waktu dekat harus bertahan di atas Rp 264 per saham, kemudian mampu breakout level Rp 274 per saham.

Sukarno menilai, jika harga sudah kembali pada jalur uptrend, maka saham SRIL sudah direkomendasikan untuk trading buy, dengan target harga Rp 300 per saham.

Sejalan dengan itu, Ishlah juga memandang valuasi SRIL cukup murah dan direkomendasikan beli dengan target harga Rp 320 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×