Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
Adapun kinerja ekspor per kuartal III-2019 tercatat tumbuh menjadi US$ 534,54 juta atau sekitar 31,71% yoy dari capaian sebelumnya US$ 405,86 juta. Asal tahu saja, 59,72% angka penjualan SRIL berasal dari kinerja ekspor, khususnya untuk penjualan benang, pakaian jadi, kain jadi, hingga kain mentah.
Mengutip RTI, pada perdagangan Selasa (14/1) saham SRIL tercatat mengalami pelemahan 0,74% dan ditutup pada zona merah yakni Rp 268 per saham.
Baca Juga: Aturan safeguard TPT berlaku, SRIL: Permintaan domestik berpeluang meningkat
Dilihat dari valuasi, Sukarno mengungkapkan saham SRIL saat ini sudah tergolong diskon. Dilihat dari relatif valuasi PE 4,51 kali dibandingkan dengan PE Industri 110 kali, P/S SRIL 0,34 kali dibandingkan P/S Indsutri 0,86 kali, PBV SRIL 0,68 kali dibandingkan PBV industri 1,07 kali dan EV/Ebitda 5,65 kali dibandingkan EV/Ebitda industri 11,07 kali.
Secara teknikal, saham SRIL memiliki peluang kembali transisi tren bullish. Skenario harga untuk kembali dalam tren bullish, yakni saat harga dalam waktu dekat harus bertahan di atas Rp 264 per saham, kemudian mampu breakout level Rp 274 per saham.
Sukarno menilai, jika harga sudah kembali pada jalur uptrend, maka saham SRIL sudah direkomendasikan untuk trading buy, dengan target harga Rp 300 per saham.
Sejalan dengan itu, Ishlah juga memandang valuasi SRIL cukup murah dan direkomendasikan beli dengan target harga Rp 320 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News