Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mendapat amunisi baru untuk mendongkrak kinerjanya tahun ini. Perusahaan batubara ini sudah mengantongi utang senilai US$ 120 juta untuk kebutuhan modal kerja di tahun kerbau. Adaro sudah meneken perjanjian pinjaman itu pada 24 Februari 2009 lalu.
Utang untuk Adaro ini berasal dari DBS Singapura, Standard Chartered Bank, UOB Bank, dan ANZ Bank. Dari total utang itu, sebanyak US$ 80 juta merupakan perpanjangan utang atau roll over dari komitmen utang tahun lalu yang belum cair.
Utang ini berjangka waktu satu tahun. Adapun tingkat suku bunganya sebesar 1,75% plus London Interbank Offered Rate (LIBOR) setahun.
Utang selebihnya, sebesar US$ 40 juta, merupakan utang baru dari DBS Singapura. Utang tersebut memiliki jangka waktu 36 bulan dengan bunga 2% plus LIBOR per tahun. "Semua pinjaman tersebut untuk modal kerja," ujar Presiden Direktur Adaro Energy Boy Garibaldi Thohir, kemarin (26/2).
Tahun ini, ADRO memang akan menggenjot produksi batubara menjadi sekitar 42 juta sampai 45 juta ton. Tahun lalu ADRO memproduksi batubara sebanyak 38,5 juta ton. "Tahun 2008 pendapatan kami sekitar Rp 13 triliun. Tahun ini dihitung saja dengan asumsi harga batubara US$ 52-65 per ton," kata Boy.
Boy juga menjelaskan, ADRO berencana membagi dividen dari laba tahun 2008 lalu untuk pemegang saham. Namun berapa besar dividen yang akan dibagi menunggu keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ADRO pada Juni 2009 nanti.
Tak cuma itu, tahun ini, kalau kinerja ADRO masih bagus, "Ada peluang untuk membagi juga dividen interim," imbuh Boy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News