Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Kinerja PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sepanjang tahun lalu menurun. Maskapai penerbangan pelat merah ini hanya memperoleh laba bersih US$ 11,03 juta atau anjlok 90,02% dari perolehan laba bersih tahun 2012 yang sebesar US$ 110,59 juta.
Padahal pendapatan GIAA naik 6,92% menjadi US$ 3,71 miliar dari sebelumnya US$ 3,47 miliar. Namun, beban usaha GIAA meningkat lebih tinggi dari kenaikan pendapatan yakni sebesar 12,76% menjadi US$ 3,71 miliar.
Kinerja GIAA kian susah terbang lantaran kenaikan rugi selisih kurs sebanyak 407,19% menjadi US$ 47,93 juta. Dus, laba usaha juga menyusut 66,41% menjadi US$ 56,45 juta.
Analis Bahana Sekuritas, Aditya Eka Prakarsa dalam risetnya, 10 Februari 2014, menyebutkan, penurunan laba bersih GIAA disebabkan melemahnya rupiah. Tak hanya itu, GIAA juga harus menanggung beban kenaikan harga bahan bakar.
Tahun lalu, potensi pendapatan GIAA juga berkurang karena penurunan penerbangan haji karena pemotongan kuota jamaah haji Indonesia. Penurunan penerbangan haji, menurut Aditya, masih akan terjadi di tahun ini.
Analis Credit Suisse, Timothy Ross dalam risetnya, 10 Februari 2014, menambahkan, rugi kurs membuat kas GIAA lebih banyak digunakan untuk membayar utang. Ini pula yang membuat potensi laba yang diraup GIAA tak banyak yang dibagi kepada para pemegang saham.
Namun, Aditya percaya, pada tahun ini, GIAA mendapat dukungan dari hajatan pemilihan umum (pemilu). "Peningkatan perjalanan politik akan terjadi karena ada momentum pemilu," ujar dia.
Namun GIAA, kata Timothy, masih akan dihadapkan pada tekanan pelemahan rupiah. Apalagi, GIAA akan mendatangkan pesawat baru. Ini tentu akan memberatkan neraca keuangan GIAA.
GIAA memang bisa mengurangi beban dengan menaikkan tarif. Tapi, bagi Aditya, langkah tersebut justru akan menurunkan pendapatan GIAA sekitar 3%-6% di tahun ini sampai 2015.
Harapan GIAA adalah pada kinerja Citilink, anak usahanya, yang mempunyai tarif lebih murah dibanding Garuda. "Pertumbuhan pendapatan Citilink jauh lebih besar," ujar Aditya.
Tak heran di tahun ini, manajemen GIAA bakal memacu bisnis Citilink. Rencananya, Citilink menambah sembilan rute domestik baru. Selain itu, Citilink juga menambah jalur penerbangan ke negera tetangga. Demi mengembangkan bisnis Citilink, GIAA akan mencarikan mitra strategis bagi anak usahanya itu.
Timothy bilang, pendapatan Citilink berpotensi tumbuh pesat. Cuma, pendapatan Citilink belum bisa mengangkat kinerja GIAA di tahun ini.
Aditya memperkirakan, pendapatan GIAA akan tumbuh 15,59% menjadi US$ 4,3 miliar di 2014, dengan laba bersih naik 633% menjadi US$ 81 juta. Timothy memproyeksikan, pendapatan GIAA bisa mencapai US$ 4,36 miliar di tahun ini.
Aditya merekomendasikan buy saham GIAA dengan target harga Rp 620. Sedangkan, Timothy merekomendasikan underperform saham GIAA dengan target harga Rp 460.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menyarankan hold saham GIAA dengan target harga Rp 482. Harga GIAA naik 0,21% ke Rp 482 per saham, kemarin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News