Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Layaknya roller coaster, pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) cukup beragam sejak awal tahun 2025. Tercermin dari pergerakan indeks dolar (DXY)yang berpotensi kembali menguat dan menekan sejumlah mata uang utama.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan setelah mencapai level tertinggi dalam dua tahun terakhir, kemudian DXY mengalami koreksi tajam akibat adanya harapan Trump akan lebih lunak. Namun kemudian kembali menguat tajam menjelang pemberlakuan tarif pada 1 Februari dan kini kembali melemah usai penundaan tarif untuk Meksiko dan Kanada, serta perundingan perang Ukraina.
Lukman berpandangan bahwa harapan perdamaian di Ukraina direspon terlalu positif oleh investor. Apalagi mengingat hal tersebut masih jauh dari hasil akhir dan sampai saat ini belum direspon positif oleh negara-negara di Eropa dan Inggris karena tidak dilibatkan.
Baca Juga: Dolar Melemah Dekati Level Terendah 2 Bulan, Pasar Fokus pada Suku Bunga AS
Bahkan, pembicaraan dan syarat-syarat hanya dibicarakan antara AS dan Rusia tanpa sepengetahuan Ukraina, sehingga diperkirakan hasil akhir kemungkinan besar hanya menguntungkan AS maupun Rusia dan ditentang negara-negara lain (Eropa dan Ukraina).
"Jadi koreksi pada dolar AS menurut saya sudah terbatas kedepannya dan potensi kembali melanjutkan penguatan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (18/2).
Berdasarkan Trading Economics, DXY naik 0,36% ke 106,95 pada Selasa (18/2) pukul 16.31 WIB. Kenaikan itu membalikan penurunan selama tiga hari karena para pejabat Federal Reserve mengisyaratkan bahwa bank sentral harus menahan diri untuk tidak terburu-buru melanjutkan penurunan suku bunga sementara mereka tetap fokus pada pengendalian inflasi.
Baca Juga: Rupiah Loyo ke Rp 16.254 Per Dolar AS Selasa (18/2) Pagi, Penguatan 4 Hari Terhenti
Dengan demikian, Lukman memperkirakan prospek mata uang utama masih suram terhadap dolar AS. Menurutnya, satu-satunya yang berpotensi menguat terhadap dolar AS adalah Yen Jepang.
Ia menilai dengan perkembangan data-data ekonomi dan sikap Bank of Japan (BoJ), Yen berpotensi melanjutkan penguatan di bawah 150.
"Faktor Ukraina juga dinilai senantiasa akan mendukung Yen. Perdamaian akan melemahkan dolar AS lebih besar daripada Yen, sedangkan apabila perang berkelanjutan, maka yen akan menjadi safe haven," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News