kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dolar AS perkasa, USD/JPY bakal lanjut menguat


Kamis, 19 Maret 2020 / 18:16 WIB
Dolar AS perkasa, USD/JPY bakal lanjut menguat
ILUSTRASI. Dolar AS dan yen Jepang.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar AS sukses merajai pasar valuta asing dan berhasil menguat terhadap mata uang mayor termasuk yen, membuat pasangan USD/JPY bergerak hijau pada perdagangan Kamis (19/3). Tren penguatan ini diprediksi masih akan berlanjut, mengingat minat pasar untuk mengoleksi dollar AS demi mengamankan nilai asetnya kian marak. 

Mengutip Bloomberg, pergerakan USD/JPY pada perdagangan Kamis (19/3) pukul 17.14 WIB menguat 0,83% ke level 108,98. 

Analis PT Bestprofit Futures Agus Prasetyo mengatakan, panic selling dan kebutuhan likuiditas pasar telah melambungkan pasangan USD/JPY dengan indeks dolar memecahkan rekor kenaikan tertinggi sejak 2017. Kondisi tersebut terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap pandemi global virus corona yang berkepanjangan. 

Baca Juga: Pasangan USD/JPY berpotensi rebound terbatas, ini pemicunya

"Kondisi ini terus menerus mendorong investor untuk aksi sell-off atau menjual semua aset mereka (ekuitas, komoditas, obligasi) dan memborong safe haven dolar AS, karena dolar AS satu-satunya aset yang menarik bahkan dengan yen sekalipun," kata Prasetyo kepada Kontan.co.id, Kamis (19/3). 

Sementara itu, menguatnya dolar AS juga dipicu langkah-langkah darurat dari bank sentral di Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang dan Australia yang gagal menghentikan panic selling. Ditambah lagi, para pebisnis dan individu bergegas untuk mendapatkan uang tunai. 

Selain itu, menguatnya dolar AS juga ditopang oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump untuk mengajukan paket stimulus senilai US$ 1 triliun untuk menopang perekonomian AS. Sebagaimana diketahui, saat ini ekonomi AS juga tengah menghadapi potensi perlambatan signifikan akibat pandemi virus Korona. 

Untuk itu kekhawatiran Trump cukup beralasan, mengingat data terbaru mengkonfirmasi bahwa 5.800 orang telah terjangkit virus corona di seluruh Negeri Paman Sam tersebut. Apalagi, jumlah korban jiwa sudah mendekati 100 orang. 

Adapun rincian dari paket stimulus US$ 1 triliun yakni, sekitar US$ 50 miliar diperuntukkan bagi upaya penyelamatan maskapai-maskapai penerbangan besar yang kini tengah menghadapi kebangkrutan, US$ 250 miliar untuk menyuntikkan pinjaman terhadap usaha kecil-menengah, dan US$ 500 miliar ditujukan bagi para individu, baik dalam bentuk bantuan langsung ataupun pengurangan pajak penghasilan. 

Di sisi lain turunnya mata uang yen dipicu oleh lemahnya ekspor Jepang yang disebabkan  merosotnya pengiriman mobil dan mesin pengolah logam ke China. Di samping itu, Bank of Japan (BoJ) pada Kamis (19/3) menawarkan untuk membeli 1 triliun yen (US$ 9,2 miliar) obligasi dalam operasi tidak dijadwalkan. Bahkan, bank sentral juga melakukan penawaran untuk membeli lebih banyak obligasi, namun tidak mampu mendorong yen untuk kembali menguat. 

Kondisi tersebut semakin diperparah oleh rilis inflasi harga konsumen Jepang yang secara tak terduga turun menjadi 0,4% yoy pada Februari 2020 dari 0,7% pada bulan sebelumnya, kehilangan konsensus pasar 0,8%. Ini adalah tingkat inflasi terendah sejak Oktober lalu, karena harga naik lebih sedikit untuk perabot & peralatan rumah tangga (2,1% vs 2,7% pada Januari), budaya & rekreasi (1,1% vs 2,1%), perawatan medis (0,7% vs 0,8%), dan transportasi & komunikasi (1,4% vs 1,7%). 

Selain itu, biaya bahan bakar, listrik dan air, pendidikan serta barang dan jasa lain-lain tetap berada di wilayah deflasi. Sementara itu, inflasi tidak berubah untuk makanan (1,2%) dan perumahan (0,8%), sementara harga naik lebih cepat untuk pakaian dan alas kaki (1,3% vs 1,1%). 

Baca Juga: Ditekan sentimen corona, USD/JPY direkomendasikan sell

Secara bulanan, harga konsumen turun 0,1%, setelah bertahan sepanjang Januari. Tingkat inflasi inti tahunan, yang tidak termasuk makanan segar, turun menjadi 0,6% dari 0,8%, atau jauh di bawah target bank sentral yakni 2%. 

"Untuk selanjutnya pasangan USD/JPY  diperkirakan tetap akan menguat dengan dollar AS masih merajai pergerakan kurs. Ini terjadi karena mekanika pasar normal telah hancur - sudah tidak ada upaya penghentian selama beberapa waktu dengan kekhawatiran krisis likuiditas di pasar," ujarnya.

Bahkan Prasetyo mengatakan, saat ini adalah momentum dimana pasar cenderung menjual segala yang mereka bisa untuk mendapatkan dolar AS dan meningkatkan simpanan dolarnya yang dianggap sebagai surganya para aset saat ini. 

Secara teknikal, grafik daily USD/JPY masih dalam kondisi uptrend dengan kecenderungan naik (bullish), di mana dari indikator Moving Everage Exponential (EMA) menyempit dengan arah harga cenderung naik. Sementara itu, pada Vortex Indikator (VI) memberikan sinyal blue over red dengan arah kurs berpotensi untuk naik. 

Sedangkan pada indikator True Strengh Indicator (TSI) berada di figur +7 yang   menunjukkan arah kurs masih terus cenderung menguat. "Secara umum, pasangan USD/JPY masih  berkecenderungan naik bullish. Rekomendasi trading untuk USD/JPY besok adalah buy," ungkapnya.

Prasetyo memperkirakan USD/JPY akan bergerak pada kisaran resistence 109,66; 110,42; dan 112,05 pada perdagangan Jumat (20/3). Sementara untuk level support bakal berada di kisaran 108,03; 107,16; dan 105,53.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×