kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.115.000   10.000   0,48%
  • USD/IDR 16.454   4,00   0,02%
  • IDX 8.025   67,48   0,85%
  • KOMPAS100 1.124   9,97   0,90%
  • LQ45 815   8,29   1,03%
  • ISSI 276   2,50   0,91%
  • IDX30 424   4,41   1,05%
  • IDXHIDIV20 490   3,80   0,78%
  • IDX80 123   1,15   0,94%
  • IDXV30 134   1,41   1,07%
  • IDXQ30 137   0,82   0,60%

Dolar AS Melemah Seiring Rencana Penurunan Fed Rate, Begini Dampaknya ke Rupiah


Rabu, 17 September 2025 / 18:54 WIB
Dolar AS Melemah Seiring Rencana Penurunan Fed Rate, Begini Dampaknya ke Rupiah
ILUSTRASI. Indeks dolar AS masih berada di level 96,7 dan hanya naik tipis dibandingkan hari sebelumnya namun anjlok 1,48% dalam sebulan terakhir


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar global dan dalam negeri tengah mengantisipasi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang diproyeksi terjadi pada hari ini (17/9/2025). Alhasil, indeks dolar Amerika Serikat (AS) masih berada di tren pelemahan.

Melansir Bloomberg, Rabu (17/9/2025) pukul 18.45 WIB, indeks dolar AS atau DXY berada di level 96,799. Di posisi ini, indeks dolar AS terlihat naik 0,17% secara harian, namun masih tercatat turun 1,08% secara mingguan, serta anjlok 1,48% dalam sebulan terakhir.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mengatakan, penurunan suku bunga oleh The Fed biasanya menyebabkan dolar AS melemah dalam jangka pendek.

“Sebab, imbal hasil aset yang berbasis dolar menjadi kurang menarik bagi investor. Akibatnya, mereka cenderung mengalihkan dananya ke mata uang lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi,” terangnya kepada Kontan, Rabu (17/9/2025).

Baca Juga: Balik Arah, Rupiah Ditutup Menguat Tipis ke Rp 16.437 Per Dolar AS Hari Ini (17/9)

Meskipun begitu, Sutopo mengatakan, pelemahan jangka panjang dolar AS adalah hal yang lebih sulit diprediksi.

Jika The Fed melakukan serangkaian pemangkasan suku bunga secara signifikan, atau jika bank sentral lain seperti Bank Sentral Eropa atau Bank of Japan justru menaikkan suku bunga, pelemahan dolar bisa bertahan lebih lama. 

“Sebaliknya, jika bank sentral lain juga memangkas suku bunga, pelemahan dolar mungkin tidak terlalu signifikan,” imbuhnya.

Namun ke depan, Sutopo menilai dolar AS masih memiliki potensi untuk menguat di masa depan, didorong oleh statusnya sebagai safe haven. 

Dalam kondisi ketidakpastian ekonomi ataupun geopolitik, dolar AS seringkali menjadi pilihan utama investor. “Permintaan yang tinggi ini akan mendorong nilainya menguat, terlepas dari kebijakan suku bunganya,” jelas Sutopo.

Adapun dengan tren pelemahan dolar AS saat ini, Sutopo menilai, mata uang negara berkembang, termasuk mata uang Garuda, berpotensi menguat. “Ini membuat harga barang impor menjadi lebih murah dan membantu meredam inflasi,” jelasnya.

Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga, Rupiah Menguat Tipis ke Rp 16.437 per Dolar AS Hari Ini (17/9)

Selain itu, melemahnya dolar AS dapat berdampak pada pengurangan beban utang. Sebab, pelemahan dolar dapat meringankan beban pembayaran utang bagi pemerintah dan korporasi yang memiliki pinjaman dalam mata uang dolar AS.

Dus, hingga akhir tahun, Sutopo menaksir indeks dolar AS dapat bergerak di kisaran 95-98. 

“Namun, penting untuk diingat bahwa pergerakan aktual bisa berbeda, tergantung pada perkembangan data ekonomi dan sentimen pasar global,” tandasnya.

Selanjutnya: Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Perkuat Pasar Lewat Ajang IFFINA+ 2025

Menarik Dibaca: 7 Olahraga untuk Mengontrol Gula Darah Penderita Diabetes, dari Ringan hingga Berat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×