kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dolar AS kembali perkasa, sentimen dalam negeri tak kuat menyokong rupiah


Rabu, 02 September 2020 / 19:24 WIB
Dolar AS kembali perkasa, sentimen dalam negeri tak kuat menyokong rupiah
ILUSTRASI. Rabu (2/9), kurs rupiah spot melemah 1,18% ke Rp 14.745 per dolar AS.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen positif yang menyelimuti nilai tukar rupiah meredup. Dolar Amerika Serikat (AS) berbalik menguat terhadap rupiah. 

Rabu (2/9), kurs rupiah spot melemah 1,18% ke Rp 14.745 per dolar AS. Kompak, kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga mencatat rupiah melemah 1,29% ke Rp 14.804 per dolar AS. 

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, rupiah ikut terseret melemah karena nilai tukar kawasan regional juga tertekan atas dolar AS yang bergerak menguat sejak awal perdagangan hari ini. "Penguatan dolar AS tersebut dipicu oleh membaiknya data indeks aktivitas manufaktur AS periode Agustus yang dirilis kemarin malam," kata Ariston, Rabu (2/9). 

Baca Juga: Rupiah spot melemah 1,17% ke Rp 14.745 per dolar AS pada akhir perdagangan Rabu (2/8)

Tercatat, data ISM Manufacturing PMI AS periode Agustus berada di level 56 lebih baik dari proyeksi pasar yang berada di level 54,6. Alhasil, rupiah jadi tertekan. 

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menambahkan deflasi yang terjadi di kawasan Eropa juga turut menyeret rupiah melemah. "Ekonomi kawasan Eropa tertekan membuat dolar AS bisa menguat terhadap major currency," kata Josua. 

Baca Juga: IHSG naik tipis 0,02%, berikut prediksi untuk perdagangan Kamis (3/9)

Sementara, sentimen dari dalam negeri juga tidak berdaya dalam menopang rupiah. Ariston mengatakan faktor deflasi dalam negeri bulan lalu mengindikasikan daya beli masyarakat belum membaik dan memberi sentimen negatif ke rupiah. 

Selain itu, isu burden sharing BI juga menambah tekanan ke rupiah. Kebijakan yang mengatur BI juga ikut membantu pembiayaan penanganan Covid-19 untuk memulihkan ekonomi Indonesia dikhawatirkan menambah likuiditas rupiah di pasar sehingga rupiah tertekan. 

Sentimen negatif juga masih menghampiri rupiah setelah pemerintah berencana merevisi Undang-Undang BI. "Meski kemarin Presiden Jokowi menegaskan independensi BI akan tetap terjaga, tetapi pelaku pasar tetap khawatir revisi tersebut menggerus independensi dan memberikan sentimen negatif ke rupiah," kata Ariston. 

Baca Juga: Harga pelaksanaan Rp 250, Medco Energi (MEDC) bidik Rp 1,8 triliun dari rights issue

Josua juga memandang perkembangan isu revisi UU BI terkait pengaruhnya pada independensi BI akan menjadi sorotan bagi pelaku pasar. Selain, jumlah kasus Covid-19 yang masih meningkat. 

Ariston memproyeksikan rupiah berpotensi lanjut melemah. Apalagi, jika data tenaga kerja non-farm payroll AS versi pihak swasta ADP dirilis lebih baik dari proyeksi pasar. Kamis (3/9), dolar AS berpotensi menguat dan rupiah berada di rentang Rp 14.650 per dolar AS hingga Rp 14.850 per dolar AS. 

Sementara, Josua memproyeksikan pelemahan rupiah besok tidak akan sedalam hari ini. Rupiah diproyeksikan berada di rentang Rp 14.650 per dolar AS-Rp 14.750 per dolar AS.

Baca Juga: Ekonom nilai rupiah bakal menguat terdampak kebijakan LCS Indonesia-Jepang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×