Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Selain itu, isu burden sharing BI juga menambah tekanan ke rupiah. Kebijakan yang mengatur BI juga ikut membantu pembiayaan penanganan Covid-19 untuk memulihkan ekonomi Indonesia dikhawatirkan menambah likuiditas rupiah di pasar sehingga rupiah tertekan.
Sentimen negatif juga masih menghampiri rupiah setelah pemerintah berencana merevisi Undang-Undang BI. "Meski kemarin Presiden Jokowi menegaskan independensi BI akan tetap terjaga, tetapi pelaku pasar tetap khawatir revisi tersebut menggerus independensi dan memberikan sentimen negatif ke rupiah," kata Ariston.
Baca Juga: Harga pelaksanaan Rp 250, Medco Energi (MEDC) bidik Rp 1,8 triliun dari rights issue
Josua juga memandang perkembangan isu revisi UU BI terkait pengaruhnya pada independensi BI akan menjadi sorotan bagi pelaku pasar. Selain, jumlah kasus Covid-19 yang masih meningkat.
Ariston memproyeksikan rupiah berpotensi lanjut melemah. Apalagi, jika data tenaga kerja non-farm payroll AS versi pihak swasta ADP dirilis lebih baik dari proyeksi pasar. Kamis (3/9), dolar AS berpotensi menguat dan rupiah berada di rentang Rp 14.650 per dolar AS hingga Rp 14.850 per dolar AS.
Sementara, Josua memproyeksikan pelemahan rupiah besok tidak akan sedalam hari ini. Rupiah diproyeksikan berada di rentang Rp 14.650 per dolar AS-Rp 14.750 per dolar AS.
Baca Juga: Ekonom nilai rupiah bakal menguat terdampak kebijakan LCS Indonesia-Jepang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News