kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dolar AS Diprediksi Loyo, Begini Prediksi Rupiah pada Akhir Tahun


Kamis, 15 Agustus 2024 / 19:48 WIB
Dolar AS Diprediksi Loyo, Begini Prediksi Rupiah pada Akhir Tahun
ILUSTRASI. Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (25/7/2024). Nilai tukar rupiah makin tertekan menjelang akhir bulan Juli. Hari ini, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melemah 0,27% ke Rp 16.268 per dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan pada pasar sport juga ditutup melemah di level Rp 16.250 per dolar AS. Rupiah melemah karena investor global cenderung menghindari aset berisiko. Level rupiah saat ini juga sejalan dengan pergerakan mata uang regional. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi bakal loyo seiring menguatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga. Pertemuan Bank Sentral AS di bulan September bakal menjadi penentuan bagi gerak mata uang Paman Sam tersebut.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mencermati, greenback kemungkinan akan terus melemah sampai Bank Sentral Amerika Serikat benar-benar menurunkan suku bunga di pertemuan bulan September. Peluang penurunan indeks dolar AS ke level 101 di pekan ini bahkan sangat terbuka usai data inflasi makin landai.

Apalagi data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS bulan Juli terpantau lebih rendah yang dirilis pekan ini. Inflasi CPI Juli tercatat sebesar 0,2%, setelah pada Juni mencatat deflasi. Secara tahunan, inflasi CPI tercatat di angka 2,9%, lebih kecil dibanding bulan sebelumnya dan perkiraan pasar.

Sementara data Producer Price Index (PPI) AS menunjukkan kenaikan tipis 0,1% secara bulanan pada Juli, setelah meningkat 0,2% pada Juni. PPI tahunan AS hingga Juli tercatat naik 2,2%, lebih rendah daripada 2,7% di bulan sebelumnya.

Ibrahim menuturkan, sebelumnya The Fed sendiri telah mengatakan bahwa untuk penurunan suku bunga tidak lagi berfokus terhadap inflasi. Tetapi akan dilihat dari data tenaga kerja.

“Sehingga inflasi di bawah angka 3% pun itu sudah bisa menjadi acuan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunganya,” jelas Ibrahim saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (15/8).

Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.700 Per Dolar AS Pada Hari Ini (15/8)

Ibrahim menyoroti, menariknya saat ini pemangkasan suku bunga sudah tidak lagi menjadi perdebatan pasar. Investor bahkan telah bertaruh besaran pemangkasan suku bunga tersebut, kemungkinan 25 bps atau 50 bps pada pertemuan September 2024.

Dari awal tahun ini ekspektasi pasar dan proyeksi The fed juga terus bergeser terkait prospek pemangkasan suku bunga acuan. Besaran suku bunga sempat diperkirakan 100 bps, kemudian 75 bps, 50 bps serta hanya 25 bps.

Proyeksi tersebut sejalan dengan perkembangan inflasi dan ekonomi Amerika yang dipengaruhi eskalasi-deskalasi tensi geopolitik timur tengah, potensi perang dunia ketiga, isu resesi hingga pulihnya harga-harga komoditas.

Namun terlepas dari pertaruhan besaran suku bunga akan dipangkas, Ibrahim melihat  bahwa dolar AS tetap akan melemah. Indeks dolar berpotensi akan turun ke level sebelum covid yakni menuju ke area 98 pada akhir tahun ini.

Ibrahim menyebutkan, proyeksi tersebut sejalan dengan perkiraan the Fed akan pangkas suku bunga sebanyak 110 bps di September, Oktober, November, Desember. Jika The Fed benar memangkas suku bunga secara agresif, maka semua mata uang yang melawan dolar berpotensi menguat termasuk rupiah.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan memangkas suku bunga sebanyak 50 bps atau 75 bps di tahun ini. Bank sentral Indonesia kemungkinan besar akan menyesuaikan besaran suku bunga Amerika.

Baca Juga: Dolar Melemah, Penurunan Inflasi AS Memicu Prospek Pemangkasan Suku Bunga

“Walau ada informasi bahwa Bank Indonesia kemungkinan hanya 1 kali menurunkan suku bunga, tetapi saya optimis, ada 75 basis poin Bank Indonesia turunkan,” imbuh Ibrahim.

Kendati demikian, kondisi ekonomi Tiongkok tetap perlu menjadi perhatian khususnya bagi arah mata uang rupiah. Pertumbuhan produksi pabrik Tiongkok melambat pada bulan Juli dan produksi kilang turun, yang menggarisbawahi pemulihan ekonomi negara belum merata.

Ibrahim mengingatkan bahwa perlu diketahui Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Indonesia. Sehingga, lemahnya ekonomi negeri tirai bambu itu juga akan bertranslasi bagi ekonomi Indonesia.

Menipisnya surplus neraca perdagangan Indonesia bulan Juli menjadi salah satu bukti hubungan ekonomi China dan Indonesia. Sehingga, faktor ini diperkirakan bakal menekan rupiah dalam jangka pendek.

Sejauh ini surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Juli 2024 semakin menipis jadi US$0,47 miliar dibandingkan bulan sebelumnya US$ 2,39 miliar. Dari jumlah tersebut, Indonesia mencatatkan defisit neraca perdagangan dengan China sebesar US$ 1,70 miliar atau meningkat dari defisit bulan sebelumnya yang mencapai US$ 682 juta

“Tetapi saya lihat bahwa sentimen neraca dagang ini hanya bersifat sesaat. Rupiah akan segera berbalik menguat,” kata Ibrahim.

Menurut Ibrahim, jika seandainya rupiah tembus Rp 15.500 per dolar AS di bulan September, maka ada kemungkinan besar bahwa rupiah di akhir tahun akan di bawah Rp15.000 per dolar AS. Tepatnya rupiah akan berada di kisaran Rp 14.700 per dolar AS – Rp 14.800 per dolar AS di akhir 2024.

Selanjutnya: Jepang Cabut Peringatan Megaquake Setelah Tidak Ada Aktivitas Seismik Besar

Menarik Dibaca: Takut Pakai Retinol? Ini 6 Mitos Tentang Retinol yang Tidak Boleh Anda Percaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×