kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.910.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Dolar AS Bersiap Akhiri Reli 4 Pekan, Kekhawatiran Utang Negara Picu Pelemahan


Jumat, 23 Mei 2025 / 19:23 WIB
Dolar AS Bersiap Akhiri Reli 4 Pekan, Kekhawatiran Utang Negara Picu Pelemahan
ILUSTRASI. Dolar AS menuju penurunan mingguan pertamanya dalam lima pekan terakhir, seiring meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kondisi fiskal Negeri Paman Sam./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/06/01/2021


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID. Dolar Amerika Serikat (AS) menuju penurunan mingguan pertamanya dalam lima pekan terakhir, seiring meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kondisi fiskal Negeri Paman Sam.

Pelemahan ini terjadi setelah lembaga pemeringkat Moody's pekan lalu menurunkan peringkat utang AS, memicu kekhawatiran baru terhadap tumpukan utang negara yang kini mencapai US$ 36 triliun.

Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Menguat 0,15% ke Rp 16.289 per Dolar AS pada Jumat (23/5)

Fokus investor pun kini tertuju pada dampak rancangan undang-undang pajak Presiden Donald Trump, yang berpotensi menambah triliunan dolar lagi pada beban utang tersebut.

RUU pajak yang disebut Trump sebagai "RUU indah nan besar" itu baru saja disetujui DPR AS yang dikuasai Partai Republik, dan kini menuju ke Senat untuk pembahasan yang diprediksi berlangsung selama beberapa pekan.

Ketidakpastian ini membuat sentimen pasar masih rapuh dalam jangka pendek.

Euro Menguat, Investor Lari dari Dolar

Mata uang euro naik 0,5% ke level US$ 1,1338 pada Jumat (23/5) dan diperkirakan menguat 1% secara mingguan setelah empat pekan berturut-turut melemah.

Euro mencatat penguatan 9% sepanjang 2025, menjadi salah satu mata uang yang diuntungkan dari gejolak tarif dagang serta aksi jual dolar oleh investor yang mencari instrumen lebih aman.

Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Menguat 0,68% ke Rp 16.218 per Dolar AS pada Jumat (23/5)

Laporan Financial Times menyebut negosiator dagang AS mendesak Uni Eropa untuk menurunkan tarif secara sepihak terhadap produk AS.

Tanpa konsesi tersebut, negosiasi akan terhenti dan AS mengancam menerapkan tarif balasan sebesar 20%. Reuters belum dapat mengonfirmasi laporan tersebut.

Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,3% ke level 99,614 dan diperkirakan melemah 1,35% dalam sepekan.

Kekhawatiran Utang AS Kian Mencuat

Antje Praefcke, analis mata uang di Commerzbank mengatakan meskipun risiko resesi AS menurun, kondisi fiskal pemerintah akan menjadi isu utama baru bagi dolar.

“Topik ini kini mulai ramai dibahas di publik. Menarik untuk melihat kapan pasar benar-benar sadar bahwa ini adalah beban struktural besar berikutnya bagi dolar,” ujarnya.

Baca Juga: Rupiah Spot Pagi Ini Menguat 0,04% ke Level Rp 16.321 per dolar AS, Jumat (23/5)

Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik tajam pekan ini karena kekhawatiran lonjakan utang. Imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun menembus level 5% pada Jumat, mendekati rekor tertinggi 19 bulan di Oktober 2023 yang sebesar 5,179%. Jika dilewati, level berikutnya akan menjadi yang tertinggi sejak pertengahan 2007.

Namun, kenaikan yield ini justru tidak menopang dolar karena investor cenderung menjauhi aset AS dalam gerakan yang disebut analis sebagai "Sell America", seperti yang terjadi bulan lalu.

Chris Weston, kepala riset Pepperstone, mengatakan lonjakan yield tidak mencerminkan optimisme pertumbuhan, melainkan cerminan dari kekhawatiran terhadap defisit fiskal dan beban bunga yang kian besar.

“Jika ditambah dengan ekspektasi inflasi yang masih tinggi, hasil akhirnya adalah lonjakan term premium dan investor asing memilih tidak masuk ke pasar obligasi AS,” ujar Weston.

Baca Juga: Trump Loloskan RUU Kontroversial, Orang Kaya Untung, Warga Miskin Kehilangan Harapan

Yen dan Franc Swiss Ikut Menguat

Yen Jepang menguat ke level 143,47 per dolar dan menuju penguatan mingguan 1,5% setelah inflasi inti Jepang naik ke laju tahunan tercepat dalam lebih dari dua tahun pada April.

Data ini meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga lanjutan oleh Bank of Japan sebelum akhir tahun.

Bank sentral Jepang kini dihadapkan pada dilema antara tekanan inflasi akibat harga pangan dan tekanan ekonomi dari tarif dagang Trump.

Obligasi pemerintah Jepang tenor sangat panjang pun mencetak rekor tertinggi pekan ini, meskipun stabil pada Jumat.

Sementara itu, franc Swiss menguat tipis ke level 0,8265 per dolar, dan diperkirakan naik 1,2% secara mingguan setelah dua pekan mengalami pelemahan.

Selanjutnya: Rupiah Konsisten Menguat di Pekan Ini, Terdorong Sentimen Global dan Domestik

Menarik Dibaca: Grab Dukung Ratusan Womenpreneur Lewat Wanita Bisa Jadi Juragan 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×