Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Teka-teki transaksi tutup sendiri (crossing) saham PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang terjadi tanggal 11 Juni lalu melalui broker PT Buana capital, terjawab sudah. Sang pembeli tidak lain adalah PT Dyviacom Intrabumi Tbk (DNET).
Dalam penjelasannya kepada pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti dimuat dalam situs PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (14/6), manajemen DNET menerangkan, telah memiliki saham ROTI dan FAST. Evensius Go, Direktur Utama DNET menyebutkan, pada 11 Juni lalu, pihaknya telah membeli 165.013.334 saham atau setara 35,84% dari total modal yang dicatatkan FAST.
Harga transaksi, sama seperti yang dilaksanakan Buana Capital tempo hari, yakni sebesar Rp 12.050 per saham Dus, transaksi itu senilai total Rp 1,99 triliun.
Demikian juga dengan saham ROTI. DNET, lanjut Evensius, sudah membeli 318.893.400 saham ROTI, yang mencerminkan 31,50% dari total modal yang dicatatkan produsen roti bermerek Sari Roti tersebut. Pembelian dilakukan diharga Rp 6.650 per saham, sehingga nilai transaksinya tercatat Rp 2,12 triliun. Sebagai pihak penjual adalah Treasure East Investment Limited.
Transaksi tersebut sebenarnya merupakan aksi lanjutan dari proses penawaran umum terbatas I dengan hak emesan Efek Terbelih Dahulu DNET. Aksi yang biasa disebut rights issue tersebut memang sebagian besar hasilnya dialokasikan untuk mengakuisisi beberapa perusahaan. Dengan melepas 14 miliar saham righst issue di harga Rp 500 per saham, DNET mematok perolehan dana segar hingga Rp 7 triliun.
Namun, berdasarkan prospektus ringkas rights issue DNET yang terbit sebelumnya, masa perdagangan rights issue baru berlangsung pada periode 10 juni-19 Juni 2013. Sementara, transaksi pembelian kedua emiten tersebut sudah terjadi di hari kedua masa perdagangan saham rights issue DNET.
Lantas, dari mana DNET memperoleh pendanaan untuk menutup aksi pembelian tersebut? DNET belum menyebutkan. Sebab, umumnya, dana rights issue baru akan masuk ke emiten, saat proses rights issue tuntas.
Arifin Hasudungan, analis Mega Capital Invetama berpendapat, kemungkinan besar DNET memperoleh talangan dana dari si penjamin emisi rights issue. "Kemungkinan ada perjanjian khusus antara mereka untuk melakukan akuisisi aset lebih awal," ujar Arifin.
Kebetulan, Buana Capital juga tercatat sebagai pembeli siaga rights issue DNET selain Hannawell Group Limited. Memang, dari laporan keuangan DNET kuartal I-2013, posisi kas dan setara kas DNET hanya Rp 1,26 miliar. Padahal, nilai pembelian saham ROTI dan FAST mencapai Rp 4,11 triliun.
Selain ROTI dan FAST, DNET juga berniat membeli 40% saham PT Indomarco Prismatama, pemilik waralaba Indomaret. Kemarin, saham DNET anteng di Rp 830.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News