Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Adaro Energy Tbk (ADRO) masih bakal terus menguat di tahun depan. Bisnis ADRO yang terintegrasi membuat perusahaan ini punya peluang pertumbuhan lebih tinggi ketimbang beberapa pesaingnya.
Hingga kuartal III-2017, ADRO mencetak laba bersih sebesar US$ 372,45 juta. Jumlah tersebut naik 78,1% secara year on year (yoy). Di periode yang sama, pendapatan ADRO juga melesat 37,2% menjadi US$ 2,44 miliar.
Dessy Lapagu, Analis BNI Sekuritas, mengatakan, penyulut kinerja ADRO adalah bisnis yang terintegrasi. ADRO juga mendapat dukungan dari bisnis kontraktor pertambangan, sehingga perusahaan bisa lebih efisien. "Bisnis pendukung ADRO yang lain mendorong potensi pendapatan," jelas dia, Rabu (13/12).
Dalam riset 1 November 2017, Kurniawan Sudjatmiko, Analis Ciptadana Sekuritas, mengatakan, kinerja keuangan ADRO didukung efisiensi bisnis yang membuat biaya operasional turun 31,1% secara kuartalan menjadi US$ 35 juta. Harga jual rata-rata (ASP) batubara yang naik 42,2% yoy juga mendukung kinerja perusahaan.
Analis Trimegah Sekuritas Sandro Sirait bilang, ADRO juga mampu memproduksi batubara sebesar 50 juta ton per tahun. Ini mengalahkan jumlah produksi emiten tambang lainnya. "Tambang lain produksinya turun signifikan ketika hujan, sedang produksi ADRO tetap berjalan karena memiliki infrastruktur yang lebih baik," imbuh Sandro.
Pada kuartal III-2017 produksi ADRO meningkat 6%, sebanyak 14,23 juta ton dibandingkan periode sama tahun 2016. Sementara itu, produksi batubara sepanjang Januari sampai September 2017 mencapai 39,36 juta ton.
Dia mengatakan, jelang akhir tahun dan memasuki musim dingin, permintaan batubara dari China cenderung naik. Namun, sentimen ini hanya bertahan untuk jangka pendek. Permintaan batubara akan kembali normal sekitar Februari 2018 mendatang.
Lalu menurut Dessy, di sisa tahun ini, masih ada potensi pertumbuhan pendapatan dari aktivitas ekspor ADRO ke Asia Timur, terutama China dan Jepang.
Sandro memprediksi, harga batubara rata-rata tahun depan akan bertahan di US$ 80 per metrik ton. Sementara itu menurut Dessy, harga batubara bisa mencapai US$ 84 hingga US$ 86 per metrik ton.
Proyek pembangkit
Sumedh Samant, Analis JP Morgan Securities, mengatakan, ADRO bisa mengerek kinerja dari proyek pembangkit listrik. "Proyek ini sudah in line dalam memproduksi batubara kokas," kata dia.
Sandro menambahkan, prospek ADRO dalam jangka panjang menjadi semakin menarik karena emiten ini sedang memproses PLTU mulut tambang, bekerjasama dengan PT Bhakti Energi Persada. "Jika tidak dibuat mine mouth power plant, tidak bisa dikeruk, karena batubara terlalu rendah kalorinya," imbuh dia.
Sandro memproyeksikan, pendapatan ADRO tahun depan mencapai US$ 3,7 miliar atau naik 5%. Sementara laba bersihnya bisa mencapai US$ 484 juta atau naik sekitar 4% dibandingkan tahun ini.
Saat ini, posisi kas bersih ADRO juga masih besar. Pada kuartal III-2017 ADRO telah melunasi utang US$ 96 juta. Hal ini membuat ADRO mampu menyimpan kas bersih sebesar US$ 141 juta.
Sandro mengatakan, ADRO harus mampu mengelola kas yang ada. Misalnya, dengan menginvestasikan ulang keuntungan yang diperolehnya. "Karena sudah net cash, tantangan ke depan, ADRO harus menentukan mau investasi ke mana lagi ini," imbuh dia.
Rencana investasi akan menentukan prospek bisnis ADRO ke depan. Sandro pun merekomendasikan buy untuk ADRO dengan target harga Rp 2.300 per saham.
Menurut Dessy, proyek PLTU masih akan menjadi daya tarik positif untuk ADRO. Karena itulah, dia merekomendasikan buy untuk ADRO dengan target harga Rp 2.480 per saham.
Sedangkan, Sumedh merekomendasikan overweight ADRO. Ia mematok target harga Rp 2.300 per saham.
Kemarin, saham ADRO masih menguat 0,28% ke level Rp 1.815 per saham. Sepanjang tahun ini, saham ADRO menguat 7,08%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News