kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.174.000   10.000   0,46%
  • USD/IDR 16.725   32,00   0,19%
  • IDX 8.127   1,36   0,02%
  • KOMPAS100 1.130   -0,26   -0,02%
  • LQ45 809   -1,81   -0,22%
  • ISSI 283   0,94   0,33%
  • IDX30 425   -0,23   -0,05%
  • IDXHIDIV20 486   -3,35   -0,69%
  • IDX80 124   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 133   -0,20   -0,15%
  • IDXQ30 134   -0,98   -0,73%

Diversifikasi Jadi Kunci Saat IHSG Tertekan, Ini Strategi dari BNI Sekuritas


Rabu, 24 September 2025 / 16:13 WIB
Diversifikasi Jadi Kunci Saat IHSG Tertekan, Ini Strategi dari BNI Sekuritas
ILUSTRASI. IHSG Melejit-Suasana di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (23/09/2025). Dengan pemangkasan tersebut, BNI Sekuritas melihat pasar saham bersifat dinamis dan dapat mengalami fluktuasi sewaktu-waktu.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli

“Jangan melihat penurunan sebagai ancaman semata, tetapi juga sebagai peluang untuk membangun fondasi investasi yang lebih kuat,” terang Teddy. 

Menurut Direktur PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW), Danica Adhitama, banyak orang berpikir investasi adalah tentang mencari “senjata” yang bisa memberikan keuntungan instan.

Padahal, rahasia sesungguhnya terletak pada investasi secara rutin dan berkala. Strategi ini dikenal sebagai Dollar Cost Averaging (DCA). 

Baca Juga: Dipengaruhi Sentimen Pemangkasan Suku Bunga, Begini Proyeksi Imbal Hasil SBN

Dengan menyisihkan sejumlah dana tetap untuk berinvestasi setiap bulan, misalnya melalui produk reksadana, investor tidak perlu khawatir tentang waktu yang tepat untuk masuk pasar. Saat harga produk investasi turun, investor bisa membeli lebih banyak unit, dan saat harga naik, unit yang investor beli lebih sedikit. 

“Seiring berjalannya waktu, rata-rata harga beli Anda akan menjadi lebih optimal, sekaligus menekan risiko pasar,” kata Danica. 

Danica mengatakan, tiga pilar utama diversifikasi investasi yang bisa diterapkan. Pertama, diversifikasi kelas aset. Yakni sebar dana ke berbagai kelas aset yang berbeda.

Contohnya, selain saham yang berisiko tinggi namun berpotensi return besar, alokasikan dana juga ke obligasi (surat utang) yang lebih stabil, atau bahkan instrumen pasar uang untuk likuiditas. Kedua, diversifikasi sektor.

Baca Juga: Pegadaian Bersiap Lunasi Sukuk Rp 752 Miliar yang Akan Jatuh Tempo Januari 2026

Jika investor berinvestasi di saham, jangan hanya fokus pada satu sektor saja, misalnya teknologi. Sebar dana ke sektor lain seperti perbankan, konsumsi, atau energi. Jika sektor teknologi sedang lesu, sektor perbankan bisa menjadi penyeimbang. 

Ketiga, diversifikasi geografis. Dalam konteks investasi global, investor juga bisa mempertimbangkan untuk berinvestasi pada aset di negara lain untuk mengurangi risiko yang spesifik pada satu negara. “Reksadana menjadi solusi praktis untuk diversifikasi,” ujar Danica.

Selanjutnya: Bidik Laba Rp 10,03 Miliar di 2025, Jamkrida Kaltim Siapkan Strategi Berikut!

Menarik Dibaca: Inilah Waktu Terbaik Jalan Kaki untuk Stabilkan Tekanan Darah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×