Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Acset Indonusa Tbk (ACST) berencana melakukan diversifikasi bisnis ke sektor konstruksi pertambangan.
Melansir keterbukaan informasi di laman BEI, Jumat (15/3), ACST telah melakukan studi kelayakan untuk rencana penambahan kegiatan usaha, yaitu konstruksi bangunan sipil pertambangan, aktivitas penunjang pertambangan dan penggalian lainnya, serta aktivitas telekomunikasi khusus untuk keperluan sendiri.
Asal tahu saja, ACST semula memiliki usaha utama di bidang konstruksi gedung, konstruksi bangunan sipil, dan instalasi penunjangnya.
Baca Juga: Emiten Grup Astra Rampung Rilis Kinerja, Bisnis Otomotif Masih Dominan
Manajemen ACST mengatakan, ada beberapa alasan mengapa perseroan ingin melakukan diversifikasi bisnis.
Untuk sektor konstruksi bangunan sipil pertambangan, ACST melihat bahwa industrinya tengah berkembang pesat, sehingga membutuhkan dukungan pemerintah dan sektor swasta.
Untuk sektor industri telekomunikasi khusus, ACST melihat perkembangan industri dan kebutuhan pasarnya masih terus berlanjut.
Untuk sektor penunjang pertambangan dan penggalian, perseroan dapat mengalami perkembangan pada industri ini dengan terus menerapkan inovasi, keberlanjutan, dan tata kelola yang baik.
Baca Juga: Acset Indonusa (ACST) Memacu Kontrak Baru Tahun Ini
“Namun, Perseroan tetap harus memperhatikan bahwa perkembangan usaha ini berarti perseroan akan memiliki pesaing-pesaing baru. Untuk meminimalisasi hal itu, Acset akan mulai menawarkan jasa ke perusahaan-perusahaan dalam satu grup dan pelanggan/rekanan,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi.
Dengan penambahan bisnis di sektor konstruksi pertambangan, total aset ACST diproyeksikan naik rata-rata sebesar 10,46% pada 2024-2028 dibandingkan tanpa penambahan.
Kenaikan tersebut diproyeksikan berasal dari akun kas dan setara kas, piutang usaha, uang muka pelanggan, pembayaran di muka, piutang retensi, hingga progres under construction.
Baca Juga: Acset Indonusa (ACST) Raih Kontrak Baru Rp 2,41 Triliun hingga Kuartal III 2023
“Total aset pada periode 2028 diproyeksikan sebesar Rp 1,9 triliun dengan penambahan KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia), sementara tanpa KBLI diperkirakan sebesar Rp 17 triliun,” ungkap manajemen.
Selain itu, liabilitas perseroan dengan penambahan KBLI diperkirakan naik rata-rata sebesar 11,81% pada periode yang sama. Kenaikan ini berasal dari utang usaha, deposit pelanggan, pinjaman dan obligation under capital lease.
Manajemen menyatakan liabilitas pada 2028 diproyeksikan mencapai Rpm1,4 triliun, sementara tanpa penambahan KBLI diperkirakan sebesar Rp 1,2 triliun.
Di sisi lain, ekuitas ACST dengan penambahan KBLI diramal meningkat dengan rata-rata sebesar 6,28% selama 2024 – 2028 dibandingkan tanpa penambahan KLBI. Kenaikan tersebut diperkirakan berasal dari laba ditahan.
Baca Juga: Perolehan Kontrak Baru Acset Indonusa (ACST) Lampaui Target Tahun 2023
“Ekuitas pada 2028 diproyeksikan sebesar Rp 509 miliar, sementara tanpa penambahan KBLI diproyeksikan sebesar Rp 449 miliar,” tutur manajemen.
Manajemen ACST menjelaskan, diversifikasi bisnis ini juga bertujuan untuk pengembangan kegiatan usaha dalam rangka menyesuaikan diri dengan dinamika sektor konstruksi, khususnya di sektor pertambangan. Hal ini merupakan respons terhadap perkembangan pesat di sektor pertambangan Tanah Air.
Selain itu, Manajemen ACST juga mempertimbangkan bahwa Perseroan merupakan bagian dari grup PT United Tractors Tbk (UNTR). Sehingga, ACST memiliki akses ke berbagai potensi proyek konstruksi pertambangan yang menjanjikan, menegaskan posisinya sebagai mita yang andal, serta berkualifikasi tinggi untuk memenuhi kebutuhan konstruksi di sektor pertambangan.
“Langkah Perseroan dalam mengembangkan usahanya pada kegiatan konstruksi di sektor pertambangan diharapkan dapat menjadi milestone menjanjikan ke depan bagi Perseroan,” jelas manajemen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News