Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, liabilitas perseroan dengan penambahan KBLI diperkirakan naik rata-rata sebesar 11,81% pada periode yang sama. Kenaikan ini berasal dari utang usaha, deposit pelanggan, pinjaman dan obligation under capital lease.
Manajemen menyatakan liabilitas pada 2028 diproyeksikan mencapai Rpm1,4 triliun, sementara tanpa penambahan KBLI diperkirakan sebesar Rp 1,2 triliun.
Di sisi lain, ekuitas ACST dengan penambahan KBLI diramal meningkat dengan rata-rata sebesar 6,28% selama 2024 – 2028 dibandingkan tanpa penambahan KLBI. Kenaikan tersebut diperkirakan berasal dari laba ditahan.
Baca Juga: Perolehan Kontrak Baru Acset Indonusa (ACST) Lampaui Target Tahun 2023
“Ekuitas pada 2028 diproyeksikan sebesar Rp 509 miliar, sementara tanpa penambahan KBLI diproyeksikan sebesar Rp 449 miliar,” tutur manajemen.
Manajemen ACST menjelaskan, diversifikasi bisnis ini juga bertujuan untuk pengembangan kegiatan usaha dalam rangka menyesuaikan diri dengan dinamika sektor konstruksi, khususnya di sektor pertambangan. Hal ini merupakan respons terhadap perkembangan pesat di sektor pertambangan Tanah Air.
Selain itu, Manajemen ACST juga mempertimbangkan bahwa Perseroan merupakan bagian dari grup PT United Tractors Tbk (UNTR). Sehingga, ACST memiliki akses ke berbagai potensi proyek konstruksi pertambangan yang menjanjikan, menegaskan posisinya sebagai mita yang andal, serta berkualifikasi tinggi untuk memenuhi kebutuhan konstruksi di sektor pertambangan.
“Langkah Perseroan dalam mengembangkan usahanya pada kegiatan konstruksi di sektor pertambangan diharapkan dapat menjadi milestone menjanjikan ke depan bagi Perseroan,” jelas manajemen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News