Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah sukses menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (5/10). Walaupun demikian, rupiah masih sangat rentan melemah di perdagangan Jumat (6/10).
Nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau menguat 0,1% ke level harga Rp 15.618 per dolar AS di penutupan perdagangan Kamis (5/10). Sejalan, rupiah di pasar Jisdor Bank Indonesia menguat 0,22% ke level harga Rp 15.601 per dolar AS.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, rupiah berhasil menguat di akhir sesi perdagangan hari ini, Kamis (5/10) sehingga memutus tren pelemahan dalam tiga hari beruntun.
Penguatan tipis rupiah dipicu oleh depresiasi dolar Amerika di sesi perdagangan Asia dan memasuki perdagangan Eropa hari ini. Greenback mengalami koreksi usai data ketenagakerjaan Amerika untuk data ADP Non Farm Employment Change turun ke 89.000 dari sebelumnya 180.000 pada Rabu (4/10).
Baca Juga: Ekonom: Pelemahan Nilai Tukar Rupiah akan Berimbas Pada APBN 2023
Selain itu, dorongan bagi rupiah datang dari optimisme pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang diperkirakan akan bertahan pada 5%, setelah kuartal kedua tahun ini berada pada 5,17%.
Kendati demikian, Nanang melihat penutupan Rupiah di area Rp 15.610 per dolar AS masih rentan terhadap pelemahan. Pasalnya, beberapa katalis Amerika yang dirilis Kamis malam (5/10) akan berdampak pada pergerakan dolar. Amerika Serikat akan merilis data mingguan klaim pengangguran yang diperkirakan adanya kenaikan 211 ribu dari sebelumnya 204 ribu.
Bila data tersebut keluar sesuai perkiraan, maka akan berdampak negatif terhadap dolar. Sebaliknya, bila berlanjut turun dan berada di bawah 200 ribu, maka dolar akan perbaiki posisi mereka dari sebelumnya koreksi menjadi rebound.
“Pada akhirnya sentimen tersebut mempengaruhi rupiah di pagi hari besok,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Kamis (5/10).
Baca Juga: Rupiah Menguat Tipis di Perdagangan Kamis (5/10)
Terlebih lagi, Nanang menambahkan, investor akan melakukan antisipasi terhadap dolar jelang data Non Farm Payrolls (NFP) besok malam. Data yang diprediksi turun 171 ribu dari sebelumnya 187 ribu.
Namun perlu dicermati pula yakni dari sentimen Amerika masih cukup tangguh terhadap suku bunga acuan yang berpotensi dinaikkan kembali 25 basis poin pada dua pertemuan terakhir antara November dan Desember. Banyak kalangan Fed akan menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan depan.
“Bila ini dilakukan, maka akan berdampak pada kenaikan imbal hasil obligasi atau yield Amerika dan yang selama ini menjadi penopang dolar untuk bertahan menguat,” imbuh Nanang.
Sementara itu, Bank Indonesia sendiri masih bertahan pada suku bunga acuan 5,755 dengan inflasi yang kini mendekati 2% sesuai dengan target bank sentral.
Nanang memperkirakan rupiah terancam kembali melemah dengan menapaki resistance pertama di area Rp 15.640 dan kedua Rp 15.670. Sedangkan support terdekat pertama Rp 15.560 dan Rp 15.540. Rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang harga Rp 15.560 per dolar AS dan Rp 15.650 per dolar AS di perdagangan Jumat (6/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News