Reporter: Issa Almawadi |
JAKARTA. PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) mencatat laba bersih sebelum audit (unaudited) untuk tahun buku 2012 Rp 679 miliar. Jumlah ini melonjak 178% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 244 miliar.
Pencapaian ini terutama didorong oleh peningkatan kinerja dari keseluruhan unit bisnis yang tecermin dalam pertumbuhan total pendapatan konsolidasi yang naik 25% menjadi Rp 9,6 triliun dari Rp 7,7 triliun.
"Pencapaian kinerja di 2012 tidak terlepas dari efektivitas strategi BHIT," jelas Group President & CEO BHIT, Hary Tanoesoedibjo dalam keterangan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (29/1).
Pencapaian ini, dikatakan Hary, belum mencakup capital gain sebesar Rp 723,8 miliar dari kepemilikan langsung atas saham PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY), yang sesuai prinsip akuntansi tidak dibukukan sebagai komponen laporan rugi laba namun langsung meningkatkan ekuitas BHIT. Hasilnya tecermin dari peningkatan nilai buku per saham BHIT dari Rp 194,1 di 2011 menjadi Rp 271,6 di 2012.
Hary menambahkan, kontribusi pendapatan anak perusahaan dari bisnis media berbasis konten dan periklanan terus tumbuh dan meningkat sebesar 17% ke Rp 6,2 triliun dan tetap mampu mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar untuk bisnis media di Asia Tenggara. "MSKY juga memberi kontribusi signifikan dengan catatan pelanggan aktif meningkat dari 1,16 juta pelanggan di awal tahun 2012 menjadi 1,72 juta pelanggan per akhir 2012," tutur Hary.
Hasilnya, bisnis media berbasis pelanggan ini tumbuh sebesar 37% menjadi Rp 2,4 triliun dari Rp 1,7 triliun.
Investasi strategis di bisnis jasa keuangan juga mengikuti kesuksesan bisnis media dengan mencatatkan pertambahan total pendapatan di menjadi Rp 667 miliar atau naik 95% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 341 miliar. "Bisnis jasa keuangan telah sukses melakukan ekspansi baik mencakup jumlah pelanggan serta jaringan. Pendapatan dari premi bersih dan jasa manajer investasi masing-masing naik 236% dan 162%," ucap Hary.
Sementara itu pendapatan manajemen investasi juga secara konsisten menguat ke Rp209 miliar atau naik 147%, yang diikuti dengan kenaikan pendapatan dari pembiayaan konsumen dari sebelumnya Rp 155 miliar (2011) menjadi Rp 206 miliar di tahun lalu. Menurut Hary, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan ekspansi bisnis dari anak-anak perusahaan di bidang jasa keuangan menjadi faktor utama dalam pencapaian pertumbuhan yang kuat tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News