kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.044   -21,60   -0,31%
  • KOMPAS100 1.052   -3,92   -0,37%
  • LQ45 826   -4,66   -0,56%
  • ISSI 214   -0,49   -0,23%
  • IDX30 423   -1,56   -0,37%
  • IDXHIDIV20 513   -0,40   -0,08%
  • IDX80 120   -0,56   -0,46%
  • IDXV30 125   1,08   0,87%
  • IDXQ30 142   0,04   0,03%

Ditinggal investor asing, saham-saham ini belum menarik untuk dilirik


Rabu, 21 November 2018 / 18:34 WIB
Ditinggal investor asing, saham-saham ini belum menarik untuk dilirik
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sepekan terakhir, investor asing mengakumulasi penjualan bersih di pasar reguler bursa Indonesia. Namun, menariknya dalam sepekan saham-saham yang terkena tekanan jual asing justru mencatatkan kenaikan.

Beberapa saham tersebut yakni PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang sahamnya naik 6,44% ke harga Rp 1.240 dalam sepekan hingga hari ini. Investor asing mencatatkan net sell di pasar reguler sebanyak Rp 79,04 miliar pada saham BSDE. Disusul PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) yang sahamnya naik 11,98% ke harga Rp 1.215 dengan net sell Rp 38,09 miliar dalam sepekan terakhir.

Begitu juga dengan saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) yang menguat 3,85% di harga Rp 11.450 dengan catatan net sell di pasar reguler Rp 18,16 miliar dalam sepekan, dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang meskipun asing sudah keluar Rp 5,82 miliar di pasar reguler, sahamnya tetap moderat di harga Rp 3.950 dalam sepekan terakhir.

Managing Director Head of Equity Capital Markets PT Samuel International Harry Su menilai, kenaikan harga saham tersebut diperkirakan berasal dari investor lokal. Kemungkinan, saham saham tersebut sudah dianggap menarik oleh investor domestik.

"Kalau asing (keluar) biasanya lebih karena fundamental, sedangkan kalau lokal (masuk) biasanya lebih untuk trading saja," kata Harry kepada Kontan.co.id, Rabu (21/11).

Harry belum bisa merekomendasikan salah satu dari saham yang naik tersebut. Apalagi jika mencermati potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2019 yang diperkirakan bakal lebih rendah dari 2018, yakni di kisaran 5%.

"Enggak ada (rekomendasi) kalau buat saya, ini karena fundamental. Apalagi, suku bunga naik masa mau beli saham bank dan properti, dunia juga mau resesi masa beli pulp and paper?" kata Harry.

Sehingga, dia memperkirakan bahwa kenaikan harga saham-saham tersebut, kemungkinan hanya bersifat jangka pendek. Untuk investor sendiri, direkomendasikan untuk menyimpan cash saat ini. "Selain itu, yang defensif seperti saham rokok yang cukainya tidak jadi naik di tahun depan," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×