Reporter: Jane Aprilyani, Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
Sempat divonis memanipulasi pajak
Tapi, dari sini ada pelajaran berharga yang bisa dipetik. Sukanto mulai mengubah strategi, yakni membangun komunitas sembari ekspansi. Ia juga membuka hutan tanaman industri. Langkah ini jitu. Terbukti, dia berhasil pada industri pulp and paper di Riau dan menjadi produsen kertas terbesar di dunia. Paper One, salah satu produknya beredar di 51 negara.
Masalah kembali membelit ketika Asian Agri, perusahaan perkebunan kelapa sawit RGE, divonis memanipulasi pajak Rp 1,25 triliun. Hingga pertengahan tahun ini, kelompok usaha ini sudah membayar sekitar Rp 969,68 miliar atau 50% dari total tagihan Rp 1,96 triliun.
Baca Juga: Lahan ibu kota baru disebut tanah Sukanto Tanoto, ini penjelasan Bappenas
Meski berbagai kendala senantiasa datang, sayap RGE terus terkembang. Grup ini merambah bisnis energi, keuangan dan properti. Bisnis kertasnya pun meluas ke berbagai negara, baik melalui akuisisi atau kerjasama. Komitmen untuk terus berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan jadi alasan RGE terus mengembangkan bisnis.
Diambil dari Harian KONTAN 29 September 2016, Joseph Oetomo, Chairman RGE saat itu bercerita, merka selalu berpedoman pada visi pendiri perusahan agar bertahan menghadapi berbagai kondisi. Visi Seokanto, dalam berbisnis harus memberi kebaikan bagi masyarakat, negara, iklim dan perusahaan. Termasuk pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Baca Juga: Tarik konsesi lahan swasta di area ibu kota baru, negara bayar denda?
Selain itu, kata Joseph, cara kerja yang diterapkan juga mendorong perkembangan perusahaan. Semua proses kerja dilandasi oleh semangat 'can do attitude' atau berorientasi pada hasil yang berkualitas. "Kami fokus pada quality, productivity serta bagaimana mengelola cost, agar produk tetap kompetitif di pasar global," jelas dia kepada Kontan saat itu.