kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Disebut penguasa lahan ibukota baru, inilah sepak terjang bisnis Sukanto Tanoto


Sabtu, 21 September 2019 / 05:30 WIB
Disebut penguasa lahan ibukota baru, inilah sepak terjang bisnis Sukanto Tanoto


Reporter: Jane Aprilyani, Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Rencana  pemerintah memindahkan ibukota baru di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur mencuatkan nama  taipan gaek, Sukanto Tanoto. Pasalnya, salah satu perusahaannya yakni PT ITCI Hutani Manunggal (IHM) memegang konsesi alias hak penggunaan lahan di lahan bakal ibukota baru.

Lantas siapa Sukanto Tanoto?   Seperti pernah dimuat di Harian Kontan, 29 September 2016,  Nama Sukato  Tanoto dalam dunia bisnis di Indonesia sangat diperhitungkan. Pria kelahiran Belawan, 25 Desember 1949 ini adalah pendiri Grup Royal Golden Eagle (RGE), konglomerasi bisnis yang bergerak di berbagai bidang industri, seperti kayu lapis, pulp and paper, rayon, kebun kelapa sawit, energi, dan lainnya.

Baca Juga: Sukanto Tanoto siap serahkan lahan di Kaltim untuk pembangunan ibu kota baru

Usahanya pun menyebar di berbagai negara. Selain di Indonesia, sayap bisnis sukanto membentang di China, Singapura, Kanada, dan Brasil.

Kiprah Sukanto diawali dari CV Karya Pelita yang berdiri pada tahun 1972. Sebagai seorang yang jeli melihat peluang bisnis, ia melihat adanya celah bisnis yang menggiurkan dari hilangnya produk kayu lapis asal Singapura. Melalui Karya Pelita, ia menjadi pioner bagi industri kayu lapis di Tanah Air. Kesuksesan pun membawa perubahan nama Karya Pelita menjadi PT Raja Garuda Mas, setahun kemudian.

Satu demi satu perusahaan pun berdiri. Dari kayu lapis, dia melirik bisnis kelapa sawit, pulp and paper dan lainnya. Nama Sukanto pun diperhitungkan dalam dunia bisnis.

Sempat mengembang, bisnis Sukanto rupanya tak imun dari hantaman krisis. Krisis ekonomi 1997/1998 menyeret RGE. Rontoknya rupiah membuat konglomerasi ini terjerat utang Rp 2,1 triliun dan harus menjadi pasien Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Ini karena saat krisis mulai menyerang Indonesia, RGE tetap mengambil pendekatan untuk berinvestasi.

Baca Juga: Sukanto Tanoto kuasai lahan calon Ibukota, ini penjelasannya

Ibarat jatuh tertimpa tangga, lagi-lagi pil pahit harus ditelan. Tahun 1999, Soekanto harus menutup PT Inti Indorayon Utama, perusahaan bubur kertas. Selain masalah keuangan, masyarakat menuding limbah industri telah mencemari Danau Toba.

 Sempat divonis memanipulasi pajak

 Tapi, dari sini ada pelajaran berharga yang bisa dipetik. Sukanto mulai mengubah strategi, yakni membangun komunitas sembari ekspansi. Ia juga membuka hutan tanaman industri. Langkah ini jitu. Terbukti, dia berhasil pada industri pulp and paper di Riau dan menjadi produsen kertas terbesar di dunia. Paper One, salah satu produknya beredar di 51 negara.

Masalah kembali membelit ketika Asian Agri, perusahaan perkebunan kelapa sawit RGE, divonis memanipulasi pajak Rp 1,25 triliun. Hingga pertengahan tahun ini, kelompok usaha ini sudah membayar sekitar Rp 969,68 miliar atau 50% dari total tagihan Rp 1,96 triliun.

Baca Juga: Lahan ibu kota baru disebut tanah Sukanto Tanoto, ini penjelasan Bappenas

Meski berbagai kendala senantiasa datang, sayap RGE terus terkembang. Grup ini merambah bisnis energi, keuangan dan properti. Bisnis kertasnya pun meluas ke berbagai negara, baik melalui akuisisi atau kerjasama. Komitmen untuk terus berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan jadi alasan RGE terus mengembangkan bisnis.

Diambil dari Harian KONTAN 29 September 2016, Joseph Oetomo, Chairman RGE saat itu bercerita, merka selalu berpedoman pada visi pendiri perusahan agar bertahan menghadapi berbagai kondisi. Visi Seokanto, dalam berbisnis harus memberi kebaikan bagi masyarakat, negara, iklim dan perusahaan. Termasuk pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Baca Juga: Tarik konsesi lahan swasta di area ibu kota baru, negara bayar denda?

Selain itu, kata Joseph, cara kerja yang diterapkan juga mendorong perkembangan perusahaan. Semua proses kerja dilandasi oleh semangat 'can do attitude' atau berorientasi pada hasil yang berkualitas. "Kami fokus pada quality, productivity serta bagaimana mengelola cost, agar produk tetap kompetitif di pasar global," jelas dia kepada Kontan saat itu.

Siapkan regenerasi sejak dini

Setelah lebih dari 40 tahun berkiprah di dunia bisnis, Sukanto Tanoto juga siap mewariskan kerajaan bisnisnya ke generasi kedua. Sejak Maret 2013, Anderson Tanoto, anak bungsu sang taipan bahkan sudah resmi bergabung di perusahaan keluarga ini. Andersen akan didapuk memimpin Royal Golden Eagle (RGE).

Menurut Anderson, keputusannya bergabung di perusahaan yang dirintis ayahnya ini merupakan hasil diskusi keluarga. "Itu joint decision, keputusan yang kami ambil bersama," kata Andersen seperti dikutip dari Harian Kontan 29 September 2016.

Baca Juga: Pulau Jawa dihuni 150 juta orang, Bappenas nilai terlalu banyak beban

Anderson memilih mengawali karier di Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Kendati perusahaan ini dimiliki oleh sang ayah, ia mengaku tidak diangkat begitu saja menjadi orang nomor satu di RAPP. Di perusahaan tersebut, Andersen menapaki karier mulai dari jabatan asisten manajer.

Meski statusnya istimewa, sang ayah memang menginginkan Anderson bekerja di lapangan, dan mulai dari posisi bawah. Anderson mengaku menikmati posisinya sekarang. "Bekerja memang harus dari bawah agar mengerti persoalan di lapangan," kata dia.

Kata dia, berkarier langsung berada di top manajemen akan ada kemungkinan keputusan yang diambil bakal banyak yang keliru lantaran tak paham persoalan.

Kendati sudah menimba ilmu dan pengalaman di tempat lain, Anderson mengaku menempatkan diri sebagai karyawan biasa di perusahaan. Ia lebih suka merangkul semua karyawan yang lebih senior untuk mendengar banyak masukan. Anderson juga lebih mengedepankan transparansi dalam mengelola bisnis.

Baca Juga: Gapki dukung pemerintah menindak pelaku karhutla

Joseph Oetomo, Chairman  RGE menilai, proses regenerasi dilakukan dengan pembinaan generasi muda yang berpotensi serta berbakat di perusahaan. Menurutnya, hadirnya Anderson bisa membuat bisnis RGE semakin bertumbuh dan berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×