kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.910   20,00   0,13%
  • IDX 7.197   56,12   0,79%
  • KOMPAS100 1.107   11,64   1,06%
  • LQ45 878   11,94   1,38%
  • ISSI 221   0,95   0,43%
  • IDX30 449   6,34   1,43%
  • IDXHIDIV20 540   5,67   1,06%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 134   0,44   0,32%
  • IDXQ30 149   1,61   1,09%

Dinilai Tak Kalah Menarik dari Bank Konvensional, Ini Rekomendasi Saham Bank Syariah


Rabu, 01 Juni 2022 / 17:47 WIB
Dinilai Tak Kalah Menarik dari Bank Konvensional, Ini Rekomendasi Saham Bank Syariah
ILUSTRASI. Petugas melayani transaksi nasabah di Bank Syariah Indonesia cabang Pondok Gede Bekasi, Jawa Barat. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain bank digital dan bank besar, saham bank syariah juga tak kalah menarik untuk dikoleksi. Terlebih, bisnis perbankan syariah lebih berkembang lebih cepat dibandingkan bank konvensional. 

Maklum, secara nominal, pangsa pasar bank syariah terhadap industri perbankan juga masih sekitar 7%. Belum lagi, kelompok emiten bank syariah ini tengah memiliki rencana aksi korporasi penambahan modal dengan merilis saham baru atau rights issue

Mengutip data RTI, saham Bank Syariah Indonesia (BRIS) ditutup di level Rp1.440 pada perdagangan Selasa (31/5) atau meningkat 1,77% dalam sepekan terakhir. Adapun Bank BTPN Syariah (BTPS) naik 3,39% dalam satu minggu terakhir ke posisi Rp 3.050. Lalu satu-satunya bank digital dari segmen syariah yakni Bank Aladin (BANK) menguat 0,77% dalam sepekan terakhir di posisi Rp 1.955.

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus menyatakan potensi bisnis perbankan di sektor syariah masih sangat terbuka lebar. Sejauh ini penetrasi syariah di pasar Indonesia masih sangat rendah yaitu baru sekitar 6,51% pada tahun lalu. 

Baca Juga: Sempat Terbang Tinggi, Intip Prospek dan Rekomendasi Saham Blue Bird (BIRD)

“Kalau kita bandingkan, tentu sangat jauh sekali dengan Malaysia yang sudah melakukan penetrasi hingga 30%. Hal ini yang mendorong perbankan Syariah masih memiliki cookie yang begitu besar dalam sektor ini,” ujar Nico kepada Kontan.co.id pada Selasa (1/6).

Hanya saja, Nico melihat dibutuhkan sumber daya manusia dan teknologi untuk mendorong penetrasi bertumbuh lebih cepat. Terlebih, ekonomi digital mulai mengambil peran dan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan. 

Oleh sebab itu, kami melihat hal ini yang akan mendorong perbankan syariah juga turut berbenah untuk menguatkan sumber daya nya. Secara fundamental, investor juga harus memilih perbankan yang memiliki nilai lebih secara sumber daya, baik manusia maupun teknologi. 

“Kuenya yang begitu besar, tidak akan mampu terserap sempurna kalau tidak diikuti dengan sumber daya yang mumpuni. Oleh sebab itu kita bisa melihat perbankan syariah yang memiliki sumber daya yang kuat,” jelasnya. 

Oleh sebab itu, ia memasang target harga saham BRIS sebesar Rp 2.000 sedangkan BTPS di level Rp 4.000 per lembar sahamnya. Ia menilai BANK bisa menjadi salah satu pilihan saham, namun masih tergolong muda. 

Baca Juga: Marjin Berpotensi Tertekan, Simak Rekomendasi Saham HM Sampoerna (HMSP) Berikut Ini

“Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk tumbuh dan berkembang. Namun kami menyakini, dengan konsep digital yang diusung oleh BANK, akan mendorong dan mengakselerasi pertumbuhan dari BANK itu sendiri. Bank memiliki prospek yang menarik bagi yang ingin mengoleksinya secara jangka panjang,” paparnya. 

Adapun, BRIS  tengah berencana melakukan rights issue senilai Rp 5 triliun di kuartal ketiga 2022. Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam risetnya menyebut BRIS memiliki potensi yang signifikan untuk meningkatkan pangsa pasarnya yang baru 7% saat ini.   

 

Lantaran Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia yang berjumlah 229 juta jiwa. Seiring dengan merger dari tiga bank syariah BUMN yakni Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah telah membuat BSI sebagai bank syariah terbesar berdasarkan aset.

“Penggabungan telah menghasilkan kualitas pembiayaan yang lebih baik melalui peningkatan standar manajemen risiko, skema pembiayaan yang kompetitif dari biaya dana atau cost of fund (CoF) yang berkurang, dan likuiditas yang lebih tinggi,” tulis Analis Mirae Asset.

BRIS saat ini memfokuskan pembiayaan payroll yang memberikan imbal hasil tinggi dengan risiko yang lebih rendah atau pembiayaan payroll. Pembiayaan ini mampu tumbuh 44,7% yoy dan menyumbang hingga 36% dari total pembiayaan konsumer. Dalam menggarap bisnis ini, BRIS menyasar aparatur sipil negara (ASN) dan karyawan BUMN.   

‘BRIS menargetkan pertumbuhan kredit 11-13% pada 2022 yang menurut kami konservatif mengingat akuisisi nasabah baru yang agresif, terutama PNS, pegawai BUMN, dan ekosistem Islam (haji, umrah, donasi, masjid, dan madrasah),” tambahnya. 

Sedangkan PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) akan melaksanakan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) alias rights issue dengan harga pelaksanaan Rp 2.000 per saham.

Perusahaan akan menawarkan sebanyak-banyaknya 1,99 miliar saham. Jumlah tersebut setara 11,12% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan begitu, jumlah dana yang akan diterima oleh perusahaan dari rights issue sebanyak-banyaknya sebesar Rp 3,99 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×