kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.278.000   -12.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.695   42,00   0,25%
  • IDX 8.275   111,21   1,36%
  • KOMPAS100 1.154   17,76   1,56%
  • LQ45 844   12,45   1,50%
  • ISSI 286   3,78   1,34%
  • IDX30 443   6,51   1,49%
  • IDXHIDIV20 512   8,80   1,75%
  • IDX80 130   2,06   1,61%
  • IDXV30 137   1,09   0,80%
  • IDXQ30 141   2,17   1,57%

Dibayangi Sentimen Suku Bunga The Fed, Begini Proyeksi Valas Utama Hingga Akhir Tahun


Senin, 03 November 2025 / 19:16 WIB
Dibayangi Sentimen Suku Bunga The Fed, Begini Proyeksi Valas Utama Hingga Akhir Tahun
ILUSTRASI. Kinerja sejumlah valuta asing (valas) mata uang utama beragam. Sentimen suku bunga The Fed menjadi penentu kinerja valas utama.Photo by Farzaneh Khademian/ABACAPRESS.COM


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja sejumlah valuta asing (valas) mata uang utama beragam. Sentimen suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menjadi penentu kinerja valas utama kedepannya. 

Mengutip Trading Economics Senin (3/11) pukul 19.00 WIB, pasangan valas EUR/USD di 1,1516, naik 11,18% secara year to date (ytd), valas GBP/USD 1,3127 naik 4,88% secara ytd, valas AUD/USD 0,6548 naik 5,79% secara ytd, valas USD/JPY 154,16 terkoreksi 2,03%, dan valas USD/CHF di level 0,8071, terkoreksi 11,05% secara ytd. 

Taufan Dimas Hareva, Research and Development ICDX mengatakan, secara keseluruhan, kombinasi antara kebijakan moneter Amerika yang masih ketat, tekanan fiskal Inggris, serta prospek ekonomi domestik yang lemah memperkuat prospek pelemahan jangka pendek bagi GBP/USD. 

Baca Juga: Indeks Dolar Menguat, Simak Prospek Valas Utama Hingga Akhir Tahun

Meskipun potensi pemulihan bisa muncul apabila terdapat kejutan positif dari sisi kebijakan Bank of England atau perbaikan dalam outlook fiskal, secara fundamental tren saat ini tetap mendukung dominasi Dolar Amerika. Dengan kondisi makroekonomi yang menunjukkan ketidakseimbangan antara Amerika yang relatif tangguh dan Inggris yang tertekan, arah pergerakan GBP/USD masih cenderung melemah dalam jangka menengah. 

“Fokus pasar dalam waktu dekat akan tertuju pada penyampaian anggaran musim gugur serta keputusan kebijakan Bank of England yang akan menjadi penentu arah berikutnya bagi Poundsterling (GBP),” ujar Taufan kepada Kontan, Senin (3/11/2025). 

Kemudian terkait valas EUR/USD, Taufan mengatakan Euro (EUR) melemah dalam jangka pendek terhadap dolar Amerika Serikat karena perbedaan arah kebijakan moneter antara Bank Sentral Eropa dan The Federal Reserve. Menurutnya, dolar Amerika Serikat (AS) masih mendapat dukungan dari pandangan bahwa The Fed akan menahan suku bunga lebih lama, meskipun sudah menurunkan tingkat suku bunga acuan dua kali tahun ini. 

Pernyataan Jerome Powell yang menegaskan bahwa penurunan suku bunga berikutnya belum tentu terjadi membuat pasar menilai kebijakan moneter AS masih relatif ketat. Hal ini menjaga kepercayaan investor terhadap perekonomian Amerika Serikat yang tetap solid di tengah perlambatan global. 

Sementara itu, Bank Sentral Eropa mempertahankan sikap berhati-hati dalam menyesuaikan kebijakan moneternya karena inflasi di kawasan Euro sudah mendekati target 2%. Beberapa pejabat European Central Bank (ECB) menekankan perlunya kebijakan yang fleksibel agar dapat menanggapi ketidakpastian global dan tekanan dari pasar keuangan. 

Baca Juga: Berbalik Arah dari Tahun Lalu, Kinerja Valas Utama Menguat Tajam per September 2025

Namun, lambatnya pemulihan ekonomi di zona Euro, terutama di sektor industri dan konsumsi rumah tangga, membatasi ruang bagi penguatan euro. “Ketimpangan arah kebijakan antara AS dan Eropa ini membuat sentimen terhadap euro masih tertekan dalam waktu dekat,” kata Taufan.

Nanang Wahyudin, Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures mengatakan, valas AUD/USD cenderung sensitif terhadap sentimen risiko global dan harga komoditas. Seperti mata uang komoditas lainnya, pergerakannya juga akan dipengaruhi oleh prospek pertumbuhan global, terutama dari China.

Penguatan dolar AS secara luas akan memberikan tekanan pada AUD/USD. Namun, sentimen risiko yang membaik secara global dapat memberikan dukungan sesekali. Ditambah lagi koreksi komoditas logam mulia, bisa menekan tambahan bagi dolar Australia.

Berikutnya, Nanang menyebut, USD/JPY cenderung melemah karena divergensi kebijakan moneter yang signifikan antara The Fed dan Bank of Japan (BoJ). BoJ menetapkan suku bunga kini pada 0,50%, terlebih lagi dengan kepemimpinan PM Sanae Takaichi yang memiliki kebijakan longgarnya, bisa menekan yen. Sementara The Fed cenderung menahan suku bunga tinggi atau memangkasnya secara bertahap.

“Perbedaan suku bunga yang besar membuat carry trade menguntungkan, mendukung penguatan USD terhadap JPY,” ucap Nanang. 

Selanjutnya terkait USD/CHF, Nanang mengatakan, prospek kebijakan The Fed yang hati-hati dan perannya Franc Swiss sebagai mata uang safe-haven akan menjadi faktor utama. "Penguatan dolar AS secara keseluruhan kemungkinan akan menjaga pasangan mata uang ini dalam tren naik atau setidaknya stabil di level yang lebih tinggi hingga awal tahun depan," jelas Nanang.

Taufan memproyeksikan hingga akhir tahun 2025, pergerakan beberapa valas utama seperti EURUSD, GBPUSD, AUDUSD, USDJPY, dan USDCHF diperkirakan masih sangat ditentukan oleh arah kebijakan moneter global, khususnya The Fed dan bank sentral utama lainnya.

Secara umum, dolar AS mulai menunjukkan tanda-tanda kehilangan momentumnya, seiring pasar memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga di tahun depan. Namun, kekuatan dolar belum sepenuhnya berakhir karena data ekonomi AS masih relatif solid. “Jadi, kecenderungannya bukan pembalikan tajam, melainkan fase stabilisasi atau pelemahan bertahap,” kata Taufan. 

Taufan mengatakan, Euro (EURUSD) berpotensi menguat terbatas ke kisaran 1,18-1,20 jika prospek ekonomi Eropa membaik dan ECB mulai menurunkan suku bunga secara bertahap. Tapi kalau inflasi AS bertahan tinggi dan The Fed menahan kebijakan ketat lebih lama, euro bisa tertahan di sekitar 1,13-1,16.

Lalu, Poundsterling (GBPUSD) juga menunjukkan pola serupa. Dengan kondisi ekonomi Inggris yang masih lemah namun inflasi belum sepenuhnya turun, pound diperkirakan bergerak di kisaran 1,32-1,35 terhadap dolar. Pergerakannya akan sensitif terhadap arah kebijakan Bank of England dan data inflasi domestik. 

Untuk dolar Australia (AUDUSD), kinerjanya akan banyak dipengaruhi oleh harga komoditas dan aktivitas ekonomi China. Jika permintaan dari Tiongkok mulai pulih, Aussie berpeluang menguat ke kisaran 0,67-0,70, tetapi bisa kembali melemah ke sekitar 0,65 bila sentimen global negatif atau harga komoditas menurun.

Taufan mengatakan, yen Jepang (USDJPY) masih berpotensi tetap lemah di kisaran 150-155 per dolar, selama Bank of Japan mempertahankan kebijakan moneter longgar. Namun, intervensi dari otoritas Jepang atau perubahan arah kebijakan BoJ bisa memicu koreksi cepat pada yen sewaktu-waktu.

“Adapun franc Swiss (USDCHF) cenderung stabil di sekitar 0,85-0,90 per dolar, dengan peluang penguatan CHF bila ketegangan geopolitik meningkat dan investor kembali mencari aset aman,” terang Taufan. 

Sementara itu, Nanang memproyeksikan pairing valas EUR/USD berpotensi di kisaran level 1,1200 – 1,1500 pada awal tahun depan. Valas GBP/USD berpotensi di kisaran 1,2700 – 1,3000, valas AUD/USD berpotensi di kisaran 0,6700 – 0,6300, valas USD/JPY berpotensi di level 155,00 – 158,00, serta valas USD/CHF berpotensi di level 0,8300 – 0,8700 pada awal tahun depan.

Selanjutnya: Kinerja Keuangan PAM Mineral (NICL) Melesat Di Tengah Harga Nikel yang Melandai

Menarik Dibaca: Bisa Serang Siapa Saja, Begini Cara Mencegah RSV

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×