Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
Pebe menyampaikan kinerja PT Dharma polimetal Tbk (DRMA) akan membaik seiring dengan proyek baru bersama Hyundai, apalagi di bulan Juli Hyundai akan rilis mobil tipe Stargazer dapat meningkatkan kinerja DRMA. Selain itu DRMA juga akan ada proyek lain seperti lokalisasi komponen EV.
Senada, Prayoga menyampaikan kerjasama operasi antara DRMA dan Hyundai yang dimulai pada kuartal I-2022 berpeluang mengalami peningkatan pangsa pasar.
"Kami pikir pertumbuhan peluang dari saham ini mungkin timbul dari peningkatan pangsa pasar dan banyak lagi Inisiatif EV sebagai ekosistem DRMA yang dapat menyediakan suku cadang untuk Hyundai ICE dan kendaraan elektrik," ujar Prayoga.
Hardy melihat prospek industri otomotif kedepannya sekarang sudah mulai gencar untuk peralihan ke Electric Vehicles (EV) ditambah dukungan Pemerintah untuk industri EV.
"Sehingga, kami melihat peluang pertumbuhan yang besar bagi emiten yang mulai masuk ke industry EV baik manufaktur/assembly 4W/2W maupun produsen komponen EV," ucap Hardy.
Hardy mengatakan semakin banyak perusahaan otomotif Indonesia yang bergerak ke arah EV, seperti Dharma Polimetal (DRMA) yang membeli Nikel dan logam-logam lainnya secara lokal untuk membuat kemasan baterai merek sendiri untuk skuter listrik dan untuk kendaraan 3W mereka.
Selain itu, Hardy menambahkan keringanan konsumen untuk mendapatkan kredit kendaraan dengan DP rendah hingga 15% dapat mendongkrak kinerja penjualan otomotif. "Kinerja 4W masih sejalan dengan proyeksi, 38% target terpenuhi hingga May 2022," ucap Hardy.
Baca Juga: Aprestindo Antisipasi Lonjakan Volume Kendaraan ke Rest Area saat Mudik Lebaran
Fauzan mengatakan penjualan otomotif cenderung meningkat pada bulan Juni, didukung oleh optimisme pemulihan ekonomi yang kuat pada PDB 2022 dengan target pertumbuhan 4,5 % - 5,3% secara tahunan.
Namun, Fauzan tetap mewaspadai beberapa risiko ke depan, khususnya rencana pemerintah penetapan kuota pembelian Pertalite melalui database digital dengan aplikasi mobile yaitu MyPertamina dalam rangka menyalurkan BBM kepada pelanggan yang memenuhi syarat berdasarkan jenis kendaraan mereka dan data pribadi lainnya.
"Pemerintah menganggap ini diperlukan menyusul lonjakan migrasi pengguna Pertamax setelah kenaikan harga BBM di bulan April. Dengan demikian, kenaikan harga bahan bakar global dapat mengurangi pasar 4W domestik meskipun risikonya tetap terbatas," ujar Fauzan.
Fauzan mengatakan risiko penurunan utamanya berasal dari persaingan yang lebih ketat di MPV dan SUV segmen, peningkatan jumlah kasus COVID-19, pesaing baru misalnya Hyundai Motors Indonesia, dan bahan bakar yang signifikan kenaikan harga dan rencana kebijakan pembatasan pembelian BBM bersubsidi sebagian penjualan kendaraan menurun.
Baca Juga: Selama 11 Hari, IIMS 2022 Catat Transaksi Rp 2,8 Triliun
Menurut Hardy sentimen meningkatnya kasus virus corona menjadi faktor yang signifikan, karena dapat menurunkan tingkat pencairan kredit otomotif di sektor keuangan seperti yang terjadi selama pandemi.
"Lonjakan kasus corona lainnya dapat menghambat kesediaan industri jasa keuangan untuk menerima kembali pinjaman otomotif 2W dan 4W yang dapat menurunkan penjualan otomotif,"tutur Hardy.
Prayoga merekomendasikan ASII di BUY dengan target Rp 8.100. Sedangkan Hardy merekomendasikan ASII di buy dengan target di level Rp 8.500 dan DRMA di posisi BUY dengan target di Rp 750.
Pebe rekomendasi buy untuk PT Dharma polimetal Tbk (DRMA) dengan target Rp 830. Sementara Fauzan rekomendasi buy untuk ASII dengan target Rp 7.650.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News