Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri otomotif di Indonesia berusaha menciptakan momentum pemulihan di tahun 2022. Setelah tahun 2020-2021 terpuruk akibat pandemi.
Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil wholesales atau distribusi dari pabrik ke diler tumbuh 66% year on year (yoy) menjadi 887.202 unit.
Adapun penjualan sepeda motor, merujuk data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), di sepanjang 2021 mencapai 5,05 juta unit. Tumbuh 38% dibanding 2020 yang hanya 3,66 juta unit.
Tahun 2022, Gaikindo menargetkan mobil yang terjual mencapai 900.000 unit. Sementara itu AISI mematok target 5,4 juta motor baru terjual tahun ini.
Analis Samuel Sekuritas Pebe Peresia mengatakan sependapat dengan Gaikindo dan AISI. Faktor yang dapat mendorong naiknya penjualan otomotif adalah pertumbuhan ekonomi pasca pandemi dan inisiatif tipe baru dari produsen otomotif.
Baca Juga: Kinerja Penjualan Mobil Terganggu Akibat Kelangkaan Semikonduktor
Pebe mengatakan untuk kinerja di kuartal II-2022, kemungkinan ada penurunan dibanding tahun lalu.
"Karena sejumlah faktor, yaitu libur lebaran yang lebih lama dan mempengaruhi produksi serta penjualan dealer, serta dipengaruhi negatif oleh semiconductor shortage akibat lock down Shanghai," ucap Pebe kepada Kontan.co.id, Jumat (1/7).
Sementara, Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Djamal mengatakan asumsi sebenernya di 950 ribu unit terjual di 2022, sehingga target buat ngejar sampai desember sekitar 79,200 unit / month masih sama dengan cumulatve YTD.
"Jadi bisa dibilang, meskipun saat ini ada koreksi cukup dalem karena lebaran dan banyaknya hari libur juga, pencapaian di 5 bulan terakhir masih in line," ucap Fauzan.
Baca Juga: Lembaga Pembiayaan Menjadi Salah Satu Penopang Industri Otomotif
Analis BRI Danareksa Sekuritas Ignatius T. Prayoga mengatakan dalam risetnya (15/6), wholesales di Mei 2022 turun 40,3% secara bulanan karena musim yang lemah setelah musim lebaran.
"Total penjualan mobil di Mei turun 40,3% secara bulanan atau 16% secara tahunan karena musim yang lemah di pertengahan tahun, yang biasanya terlihat pada bulan Mei atau Juni," ucap Prayoga.
Peningkatan Penjualan
Head of research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy mengatakan pendorong utama peningkatan penjualan otomotif berasal dari insentif PPnBM serta kebangkitan ekonomi nasional pasca pandemic dan tingkat mobilitas masyarakat.
"Dengan meningkatnya kebutuhan kendaraan untuk menunjang mobilitas serta pelonggaran permintaan kredit kendaraan ditambah dengan insentif PPnBM tentu meningkatkan permintaan baik itu 4W dan 2W," ucap Hardy.
Menurut Pebe hingga akhir tahun kinerja otomotif masih bisa meningkat, lantaran in line dengan pandangan gaikindo dan AISI.
"Untuk penjualan mobil hingga Mei 2022 masih in line dengan proyeksi yaitu mencapai mencapai 44% dari target penjualan mobil nasional yaitu 900,000 unit," ucap Pebe.
Pebe menyampaikan kinerja PT Dharma polimetal Tbk (DRMA) akan membaik seiring dengan proyek baru bersama Hyundai, apalagi di bulan Juli Hyundai akan rilis mobil tipe Stargazer dapat meningkatkan kinerja DRMA. Selain itu DRMA juga akan ada proyek lain seperti lokalisasi komponen EV.
Senada, Prayoga menyampaikan kerjasama operasi antara DRMA dan Hyundai yang dimulai pada kuartal I-2022 berpeluang mengalami peningkatan pangsa pasar.
"Kami pikir pertumbuhan peluang dari saham ini mungkin timbul dari peningkatan pangsa pasar dan banyak lagi Inisiatif EV sebagai ekosistem DRMA yang dapat menyediakan suku cadang untuk Hyundai ICE dan kendaraan elektrik," ujar Prayoga.
Hardy melihat prospek industri otomotif kedepannya sekarang sudah mulai gencar untuk peralihan ke Electric Vehicles (EV) ditambah dukungan Pemerintah untuk industri EV.
"Sehingga, kami melihat peluang pertumbuhan yang besar bagi emiten yang mulai masuk ke industry EV baik manufaktur/assembly 4W/2W maupun produsen komponen EV," ucap Hardy.
Hardy mengatakan semakin banyak perusahaan otomotif Indonesia yang bergerak ke arah EV, seperti Dharma Polimetal (DRMA) yang membeli Nikel dan logam-logam lainnya secara lokal untuk membuat kemasan baterai merek sendiri untuk skuter listrik dan untuk kendaraan 3W mereka.
Selain itu, Hardy menambahkan keringanan konsumen untuk mendapatkan kredit kendaraan dengan DP rendah hingga 15% dapat mendongkrak kinerja penjualan otomotif. "Kinerja 4W masih sejalan dengan proyeksi, 38% target terpenuhi hingga May 2022," ucap Hardy.
Baca Juga: Aprestindo Antisipasi Lonjakan Volume Kendaraan ke Rest Area saat Mudik Lebaran
Fauzan mengatakan penjualan otomotif cenderung meningkat pada bulan Juni, didukung oleh optimisme pemulihan ekonomi yang kuat pada PDB 2022 dengan target pertumbuhan 4,5 % - 5,3% secara tahunan.
Namun, Fauzan tetap mewaspadai beberapa risiko ke depan, khususnya rencana pemerintah penetapan kuota pembelian Pertalite melalui database digital dengan aplikasi mobile yaitu MyPertamina dalam rangka menyalurkan BBM kepada pelanggan yang memenuhi syarat berdasarkan jenis kendaraan mereka dan data pribadi lainnya.
"Pemerintah menganggap ini diperlukan menyusul lonjakan migrasi pengguna Pertamax setelah kenaikan harga BBM di bulan April. Dengan demikian, kenaikan harga bahan bakar global dapat mengurangi pasar 4W domestik meskipun risikonya tetap terbatas," ujar Fauzan.
Fauzan mengatakan risiko penurunan utamanya berasal dari persaingan yang lebih ketat di MPV dan SUV segmen, peningkatan jumlah kasus COVID-19, pesaing baru misalnya Hyundai Motors Indonesia, dan bahan bakar yang signifikan kenaikan harga dan rencana kebijakan pembatasan pembelian BBM bersubsidi sebagian penjualan kendaraan menurun.
Baca Juga: Selama 11 Hari, IIMS 2022 Catat Transaksi Rp 2,8 Triliun
Menurut Hardy sentimen meningkatnya kasus virus corona menjadi faktor yang signifikan, karena dapat menurunkan tingkat pencairan kredit otomotif di sektor keuangan seperti yang terjadi selama pandemi.
"Lonjakan kasus corona lainnya dapat menghambat kesediaan industri jasa keuangan untuk menerima kembali pinjaman otomotif 2W dan 4W yang dapat menurunkan penjualan otomotif,"tutur Hardy.
Prayoga merekomendasikan ASII di BUY dengan target Rp 8.100. Sedangkan Hardy merekomendasikan ASII di buy dengan target di level Rp 8.500 dan DRMA di posisi BUY dengan target di Rp 750.
Pebe rekomendasi buy untuk PT Dharma polimetal Tbk (DRMA) dengan target Rp 830. Sementara Fauzan rekomendasi buy untuk ASII dengan target Rp 7.650.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News