Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten batubara masih cenderung lesu di akhir kuartal III-2019. Tapi, korporasi penambang batubara ini masih optimistis dengan kinerja di sisa tahun ini.
PT Indika Energy Tbk (INDY) misalnya, mengalami kerugian sebesar US$ 8,6 juta pada September lalu. Padahal, pada kuartal III-2018, INDY masih menikmati laba bersih senilai US$ 112,20 juta.
Baca Juga: Simak rekomendasi analis soal kinerja emiten batubara yang melorot di kuartal III
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga mencatatkan penurunan laba sampai 21%, kendati pendapatan naik tipis.
INDY mengatakan, akan berfokus pada stabilitas keuangan dan peningkatan produktivitas. Perusahaan juga fokus mendiversifikasi pendapatannya salah satunya dengan menambah porsi di tambang emas.
"Kami tetap optimis dengan prospek dan fundamental industri batubara ke depan walaupun volatilitas harga batubara masih berlanjut," ujar Managing Director dan CEO Indika Energy, Azis Armand, Kamis (1/11).
Sedangkan PTBA akan melakukan efisiensi biaya operasional guna meningkatkan kinerjanya. Untuk itu, PTBA telah bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk menyelesaikan pengembangan proyek angkutan batubara jalur Tanjung Enim- Kertapati dengan kapasitas 5 juta ton per tahun.
Selain itu, PTBA juga melakukan optimalisasi perencanaan penambangan dan penjualan yang memberi margin lebih baik. Strategi tersebut yang masih dapat dikendalikan oleh manajemen PTBA, pungkas Suherman, Sekretaris Perusahaan PTBA.
Baca Juga: Ini proyek-proyek yang jadi fokus Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) di tahun 2020
PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) juga akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan efisiensi sehingga berdampak pada keuntungan.
Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis mengatakan, hingga akhir 2019, DOID menargetkan dapat membukukan pendapatan sebesar US$ 810 juta hingga US$ 910 juta.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan, saat ini emiten batubara masih sensitif terhadap harga batubara global. Dessy mengatakan, tren harga batubara dunia masih akan melemah dalam jangka panjang.
"Faktor efisiensi menjadi pendukung kinerja para emiten batubara," ujar Dessy, Jumat (1/11).
Di sisi lain, Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan mengatakan, pelemahan harga batubara kemungkinan mulai terbatas.
Baca Juga: Kinerja emiten batubara loyo di kuartal III 2019, pebisnis putar otak
Artinya, ruang penurunan dari harga jual batubara emiten juga kemungkinan terbatas, ujar Alfred. Peningkatan volume produksi di tahun ini bisa mendorong penjualan di tahun 2020.
Namun, pendapatan mungkin tak terdongkrak tinggi jika harga batubara tetap tertekan.Keduanya, melihat ada prospek positif saham PTBA.
Menurut Alfred, karena PTBA memiliki konsistensi produksi yang cukup baik. Sedangkan menurut Dessy, seiring dengan naiknya kontribusi high calorie coal yang memiliki harga jual lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News