kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Di awal tahun politik, penerbitan obligasi korporasi mandek


Jumat, 12 April 2019 / 19:19 WIB
Di awal tahun politik, penerbitan obligasi korporasi mandek


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi cenderung menurun akibat efek tahun politik serta sikap sebagian perusahaan yang masih menunggu momentum penurunan yield Surat Utang Negara (SUN) lebih lanjut.

Berdasarkan data statistik mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai penerbitan obligasi korporasi per 22 Maret 2019 tercatat sebesar Rp 21,82 triliun. Data ini memang belum merangkum hingga satu kuartal penuh. Namun jika ditelusuri, angka tersebut tetap memperlihatkan tren penurunan. Sebab, di kuartal pertama tahun lalu, realisasi penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 29,39 triliun.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengatakan, agenda politik membuat penerbitan obligasi korporasi sejauh ini cukup menantang. Sebab, para penerbit obligasi cenderung berhati-hati dan menunggu kepastian pemerintahan terpilih beserta arah kebijakannya ke depan.

Korporasi juga sangat mempertimbangkan tingkat penyerapan obligasi yang hendak diterbitkannya. Apalagi, mayoritas pembeli obligasi korporasi berasal dari investor institusi. Investor kalangan ini memang dikenal memiliki tingkat kehati-hatian yang cukup tinggi. Tak ayal, ketidakpastian politik juga bisa mempengaruhi permintaan dari investor tersebut.

“Kami melihat situasi yang stabil dan terprediksi relatif lebih disukai oleh pihak korporasi dibandingkan ketidakpastian,” kata Fikri, Jumat (12/4).

Walau tren penurunan yield SUN sudah terjadi sejak awal tahun, hal tersebut belum sepenuhnya meyakinkan perusahaan.

Dalam hal ini, sebagian perusahaan masih mencari momentum yang tepat untuk menerbitkan obligasi di tengah tren penurunan yield SUN dan keberadaan pemilu. Penentuan waktu penerbitan ini dianggap penting demi terjaganya arus kas perusahaan di masa kini dan masa depan.

Akibat adanya sejumlah tantangan tadi, Fikri melihat adanya perbedaan komposisi tenor pada penerbitan obligasi korporasi. “Kuartal pertama tahun ini, obligasi korporasi yang terbit lebih didominasi tenor di bawah 3 tahun, sedangkan di awal tahun lalu tenornya bisa 3 sampai 5 tahun,” ungkap dia.

Setali tiga uang, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah menilai, adanya agenda politik yang terjadi berbarengan dengan tren penurunan yield SUN cukup menyulitkan bagi pihak perusahaan.

Menurutnya, jika perusahaan keukeuh menerbitkan obligasi di waktu sekarang, dikhawatirkan tingkat daya serapnya berkurang karena beberapa investor masih wait and see sampai pemilu usai.

Masalah serupa juga berpotensi dijumpai oleh perusahaan apabila mereka menunda penerbitan obligasi. Pasalnya, tren penurunan yield SUN masih bisa berlanjut sehingga kupon obligasi korporasi juga bisa menciut. Ujung-ujungnya perusahaan terancam kesulitan memberi kupon yang menarik bagi investor.

“Cuma, kalau perusahaan menunda penerbitan obligasi, beban bunganya juga akan jauh berkurang karena penurunan kupon,” tambah Rio, hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×