kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   16.000   0,82%
  • USD/IDR 16.334   26,00   0,16%
  • IDX 7.490   -13,57   -0,18%
  • KOMPAS100 1.062   5,79   0,55%
  • LQ45 796   5,98   0,76%
  • ISSI 254   -0,56   -0,22%
  • IDX30 410   -1,10   -0,27%
  • IDXHIDIV20 470   0,28   0,06%
  • IDX80 120   0,90   0,75%
  • IDXV30 124   0,93   0,76%
  • IDXQ30 131   0,00   0,00%

Di Asia, pasar modal domestik masih dangkal


Senin, 18 November 2013 / 12:07 WIB
Di Asia, pasar modal domestik masih dangkal
Jurnalis KONTAN Anastasia Lilin Y.


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pasar modal domestik dinilai masih dangkal dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Hal ini terbukti dari masih minimnya produk-produk investasi yang bisa menjadi pilihan para pemodal.

Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, per 25 Oktober 2013, jumlah aset kelolaan (asset under management/AUM) reksadana ada di kisaran Rp 200 triliun.

"Porsinya masih rendah, sekitar 3,5% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia," ujarnya, Senin (18/11). Dibandingkan dengan Malaysia, Thailand dan Singapura, bahkan Filipina, Indonesia jauh tertinggal.

Malaysia, di akhir 2010, total AUM reksadana sudah mencapai 49,6%, Thailand sekitar 20,3% dan Filipina 19,5%. Bahkan, Singapura, jumlah AUM nya sudah jauh melampaui PDB, yakni 493,3% terhadap nilai PDB.

Begitu pula jumlah investor reksadana di Indonesia, jumlahnya masih sektar 162.000 investor. Jumlah ini setara dengan 0,07% dari total penduduk Indonesia yang jumlahnya 241,03 juta.

Selanjutnya, jumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun tergolong paling sedikit dibandingkan bursa Asia lainnya. Saat ini, jumlah emiten yang sahamnya tercatat di BEI sebanyak 480 emiten.

Terbanyak ada di bursa India. Per akhir September 2013, BSE India memilki 5.267 emiten. Sedangkan, di negara tetangga seperti Thailand memiliki 577 emiten, Singapura 782 emiten, dan Malaysia 909 perusahaan.

Nurhaida mengaku prihatin dengan kondisi ini. Namun, ia melihat ini merupakan kesempatan, khususnya bagi para fund manager untuk menerbitkan produk reksadana lebih banyak lagi.

Begitu juga dengan pasar saham. Ia mengaku, pihaknya telah melakukan sosialisasi dengan para pengurus Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia. Ia berharap, sosialisasi itu berbuntut pada kesediaan para nggota Kadin untuk melakukan penawaran perdana saham (IPO).

Obligasi korporasi pun dinilai masih belum beragam. Oleh karena itu, ia menilai ini merupakan tantangan bagi industri pasar modal ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×