kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Dengan ETP, pasar obligasi akan lebih transparan


Jumat, 26 September 2014 / 13:20 WIB
Dengan ETP, pasar obligasi akan lebih transparan
ILUSTRASI. Wall Street ditutup mixed pada akhir perdagangan Senin (10/4), karena investor menanti data inflasi. REUTERS/Andrew Kelly


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA.  Otoritas berencana menerapkan electronic trading platform (ETP) tahun depan. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal otoritas jasa keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan ETP dimaksudkan membangun trading platform  untuk perdagangan surat utang pemerintah dan korporasi.

Nantinya, perdagangan obligasi akan dikumpulkan dalam platform ETP dengan sistem di Bursa Efek Indonesia (BEI).  Sehingga,  data perdagangan obligasi bisa dimonitor setiap hari.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie mengatakan, implementasi ETP akan membuat pasar obligasi menjadi lebih transparan dan efisien.  Positifnya, likuiditas pasar sekunder obligasi akan semakin meningkat.

Sebab, saat ini masih banyak obligasi yang tidur atau digenggam hingga jatuh tempo atau hold to maturity dan tidak diperdagangkan.  Dari sekitar 500 seri obligasi di Indonesia, tidak lebih dari 10% yang aktif diperdagangkan.

"Ini karena masih kurang efisiennya pasar sehingga  besar selisih imbal hasil (yield) wajar masih kurang transparan," jata Roby.

Kurang likuidnya pasar obligasi saat ini juga dipicu oleh masih minimnya jumlah seri yang beredar yang sekitar 500.  Sehingga, investor tidak memiliki banyak pilihan dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia yang sudah ada lebih dari 3.000 surat utang.

"Maka, dengan adanya ETP diperkirakan investor semakin yakin bertransaksi jual beli obligasi di pasar sehingga volume dan frekuensi transaksi diharapkan meningkat," tutur Roby.

Kata Roby,  ETP juga bisa memicu investor ritel untuk bertransaksi. Sebab,  investor ritel lebih concern dengan transparansi.

Semakin aktifnya pasar sekunder juga akan menarik calon emiten atau issuer untuk menerbitkan obligasi.   "Maka demand dan supply pun bisa meningkat sehingga pasar obligasi bisa berkembang," ujar Roby.

Dibandingkan negara lain,  Indonesia cukup tertinggal dalam penerapan ETP.  Negara lain seperti Thailand saja sudah menerapkan ETP yang dinamai Bond Electronic Exchange (BEX) sejak 2003. "Maka itu, ETP di Indonesia perlu direalisasikan karena akan ada adaptasi dari market, apalagi dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA 2015)," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×