Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut membawa beragam tantangan bagi perekonomian Indonesia pada kuartal III-2024. Tak terkecuali, emiten di sektor konsumer dan ritel.
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan dengan deflasi sebesar 0,12% secara bulanan pada September 2024, penurunan harga barang dan jasa dapat memengaruhi pendapatan serta laba emiten.
"Sektor-sektor yang bergantung pada konsumsi, seperti ritel serta makanan dan minuman mungkin menghadapi tekanan dalam pertumbuhan pendapatan akibat penurunan harga," kata Hendra kepada Kontan, Kamis (4/10).
Baca Juga: Kinerja Mayora Indah (MYOR) Didorong Ekspansi di Pasar Ekspor
Namun, di balik tantangan ini terdapat harapan positif terutama dengan penurunan suku bunga yang terjadi pada September lalu. Langkah ini berpotensi meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga dapat mendukung pemulihan konsumsi menjelang akhir tahun.
"Dalam konteks ini, investor sebaiknya memantau emiten-emiten yang berpotensi mendapatkan keuntungan, seperti PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR)," ujarnya.
Dirinya menilai prospek emiten yang bergantung pada konsumsi ke depannya masih bagus dengan adanya kebijakan moneter yang mendukung. Penurunan suku bunga diharapkan dapat mendorong peningkatan daya beli dan momentum menjelang Natal serta liburan Tahun Baru cenderung meningkatkan konsumsi masyarakat.
"Ini memberikan peluang bagi emiten di sektor konsumer untuk meraih keuntungan yang lebih baik," terangnya.
Baca Juga: Gencar Ekspansi, Aspirasi Hidup Indonesia (ACES) Tambah Gerai di AEON Mall Deltamas
Ia merekomendasikan untuk mencermati saham ACES dan MYOR dengan target harga masing-masing Rp 995 per saham dan Rp 3.240 per saham. Menurutnya, saham-saham tersebut menarik lantaran ada potensi rebound konsumsi di akhir tahun.
Selain itu, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga dinilai menarik untuk dicermati dengan target harga Rp 7.550 per saham.
"Rekomendasi investasi sebaiknya difokuskan pada emiten yang memiliki fundamental kuat dan potensi pertumbuhan, meskipun dalam kondisi deflasi," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News