kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Data PDB Inggris tak cukup menopang penguatan GBP/USD


Selasa, 10 September 2019 / 22:00 WIB
Data PDB Inggris tak cukup menopang penguatan GBP/USD
ILUSTRASI. Uang Poundsterling Inggris


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbaikan data ekonomi Inggris yang dirilis di atas ekspektasi pasar sempat memberikan sentimen positif bagi pergerakan GBP. Sayangnya, drama terkait rencana Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) atau Brexit masih berpotensi menekan pasangan kurs GBP/USD. 

Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Selasa (10/9) pukul 21.23 WIB pasangan kurs GBP/USD naik 0,0015% di 1,2361. 

Analis PT Solid Gold Berjangka Sunarti mengungkapkan, kurs poundsterling sempat menguat terhadap dolar AS seiring positifnya data ekonomi Inggris yang cenderung positif, khususnya di tengah kecemasan terjadinya resesi global. 

Sekadar mengingatkan, data pertumbuhan ekonomi (PDB) Inggris dilaporkan tumbuh 0,3% pada Juli 2019, dari catatan sebelumnya yang stagnan. Bahkan, data PDB Juli 2019 tersebut tumbuh di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan hanya 0,1%. 

"Hal ini memberikan sentimen positif bagi pergerakan pasangan mata uang GBP/USD," kata Sunarti kepada Kontan.co.id, Selasa (10/9).

Baca Juga: Minat investor terhadap safe haven pudar, GBP/JPY bakal menghijau

Meskipun begitu, Sunarti menjelaskan pasangan kurs saat ini justru kembali melemah lantaran meningkatnya ketidakpastian apakah Inggris akan keluar dari Uni Eropa di 31 Oktober tanpa kesepakatan. Ditambah lagi, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga bersikeras tidak akan meminta penundaan jadwal Brexit. 

Di sisi lain, anggota Parlemen Inggris bersikukuh meminta jadwal Brexit mundur menjadi 31 Januari 2020. Apalagi, sempat dikabarkan bahwa Parlemen Inggris secara resmi telah dibekukan sementara selama lima minggu ke depan dengan persetujuan dari majelis tinggi House of Lords. 

"Apabila Brexit terjadi tanpa kesepakatan maka diperkirakan ekonomi Inggris akan melemah di setiap kuartal 2020, ini juga akan berujung pada resesi pertama sejak 2009 setelah krisis keuangan," ungkapnya. 

Hal tersebut, diyakini akan memberikan sentimen negatif bagi mata uang poundsterling lebih lanjut. Sementara, itu dalam sepekan pelaku pasar juga akan memperhatikan data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai rencana pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed).

Secara teknikal, Sunarti memaparkan pergerakan pasangan GBP/USD masih didominasi tren bearish. Hal ini tampak dari pergerakan time frame weekly dan daily, di mana indikator MACD masih berada di area negatif atau di bawah nol. 

Baca Juga: Sejumlah data yang dirilis hari ini diramal bakal menekan pairing GBP/USD

Sementara itu, untuk indikator Relative Strengh Index (RSI) berada di area 47,77 atau masih menunjukkan tren bearish. Alhasil, secara umum pasangan GBP/USD berpotensi untuk lanjutkan koreksi pada perdagangan selanjutnya. 

Adapun rekomendasi trading untuk pasangan GBP/USD untuk perdagangan Rabu (11/9) adalah sell atau jual selama harga bergerak di bawah 1,2382. Adapun untuk kisaran harga support yakni 1,2295 dan 1,2195, sedangkan untuk level resistance berada di level 1,2396 hingga 1,2400.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×