kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,78   -4,24   -0.47%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Data Inflasi dan Manufaktur Akan Menyetir Arah Rupiah Esok


Senin, 31 Oktober 2022 / 20:30 WIB
Data Inflasi dan Manufaktur Akan Menyetir Arah Rupiah Esok
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 0,28% ke Rp 15.598 per dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot dan Jisdor kompak ditutup melemah pada awal perdagangan pekan ini, Senin (31/10). Pasar valuta asing global menunggu hasil pertemuan sejumlah bank sentral.

Nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 0,28% ke Rp 15.598 per dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Senada, nilai tukar rupiah Jisdor melemah 0,35% menuju level Rp 15.596 per dolar AS.

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, kondisi pelemahan rupiah merupakan reaksi pasar terhadap aksi bank sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) yang menaikkan ECB rate sebesar 75 basis poin (bps) menjadi 2%. 

Tak hanya itu, ECB menyampaikan masih akan menaikkan suku bunga acuannya sepanjang inflasi yang masih tinggi. Mengingat Inflasi Uni Eropa berada di level 9,9% per September 2022 dan konsensus untuk Oktober 2022 akan double digit sebesar 10,2%.

Baca Juga: Masuknya Pasokan Valas Belum Jamin Sokong Otot Rupiah, Ini Alasannya

Arah rupiah di awal pekan ini dicermati pula sebagai antisipasi pasar terhadap hasil pertemuan The Fed dan pertemuan Bank of England (BoE) yang akan dilaksanakan awal November ini. Kedua bank sentral tersebut diperkirakan akan sama-sama menaikkan suku bunga sebesar 75 bps. Jika realisasinya nanti sesuai ekspektasi maka Fed Fund Rate (FFR) akan menjadi 4% dari 3,25% dan BOE rate akan menjadi 3% dari 2,25%.

"Pasar valas global masih diwarnai normalisasi kebijakan bank sentral global," ungkap Reny kepada Kontan.co.id, Senin (31/10).

Dari dalam negeri, Reny memaparkan bahwa sebenarnya fundamental domestik masih terjaga. Hal ini terlihat dari perkembangan beberapa rilis data pekan lalu. M2 money supply masih tumbuh positif sebesar 9,1% pada September 2022 dan foreign direct investment (FDI) tumbuh 63,6% secara tahunan pada kuartal ketiga 2022.

Namun perkembangan ini belum banyak membantu penguatan rupiah karena pelaku pasar masih mengantisipasi hasil Federal of Meeting Committee (FOMC) November 2022 dan inflasi AS yang bakal dirilis besok.

Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,35% ke Rp 15.596 Per Dolar AS Pada Senin (31/10)

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menambahkan, pasar dalam negeri pun akan berhati-hati menentukan posisi mereka jelang rilis data sektor manufaktur Purchasing Manager Index (PMI) dan angka inflasi konsumen di Oktober.

Inflasi konsumen Indonesia secara tahunan di Oktober diperkirakan bertambah ke 5,99% dari sebelumnya 5,95%. Ditambah lagi, data manufaktur China mengalami kontraksi sehingga memperberat pasar valas Asia.

Nanang menuturkan bahwa pasar akan mencoba mencermati serangkaian ajang penting yang tersaji pekan ini, salah satunya laporan data ketenagakerjaan AS yang diperkirakan mengalami penyusutan dari data non farm payroll (NFP) dan angka tingkat pengangguran.

Baca Juga: Rupiah Spot Melemah 0,28% ke Rp 15.598 Per Dolar AS Pada Senin (31/10)

"Data inflasi dan data manufaktur akan mewarnai pergerakan rupiah besok,"imbuh Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (31/10).

Nanang mengestimasikan kurs rupiah akan bergerak pada rentang Rp 15.560 per dolar AS-Rp 15.650 per dolar AS pada perdagangan Selasa (1/11). Sementara Reny memperkirakan rupiah akan bergerak ke kisaran Rp 15.530 per dolar AS-Rp 15.624 per dolar AS.

Pergerakan Rupiah pada Selasa (1/11) Terpapar Ekspektasi Kebijakan Suku Bunga Bank Sentral

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×