kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Data ekonomi tak mampu sokong poundsterling


Senin, 02 Maret 2015 / 19:47 WIB
Data ekonomi tak mampu sokong poundsterling
ILUSTRASI. Karyawan melintas dekat logo Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Dina Farisah, Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Rilis data ekonomi yang cemerlang ternyata tidak mampu membuat poundsterling unggul di hadapan mata uang utama dunia lainnya.

Mengutip Bloomberg, Senin (2/3) pukul 17.45 WIB pasangan GBP/USD melemah 0,16% ke level 1,5414 dibanding hari sebelumnya. Begitu juga dengan pasangan EUR/GBP yang melesat 0,33% di level 0,7278. Hanya pasangan GBP/AUD yang bertahan menguat 0,15% ke level 1,9795.

Nanang Wahyudin, Analis SoeGee Futures memaparkan bahwa pelemahan yang terjadi pada pasangan GBP/USD lebih karena faktor index dollar AS yang terus menguat. Saat ini index dollar AS menyentuh level 95,49. Sehingga posisi USD terhadap mata uang dunia lainnya berdiri unggul termasuk dihadapan GBP.

“Sebenarnya rilis data ekonomi Inggris cukup menjadi penahan agar kejatuhan yang dialami GBP tidak terlampau dalam,” kata Nanang.

Sebelumnya, pada Senin (2/3) rilis data PMI Manufaktur Inggris Februari 2015 mencatatkan peningkatan tajam menjadi 54,1. Angka ini berada di atas prediksi yakni 53,5 dan di atas bulan Januari 2015 53,1.

Ditambah lagi, pada minggu ini akan ada pertemuan dan pernyataan dari pejabat Bank of English (BOE). “Pasar menanti apakah ada sinyal dovish atau hawkish yang dilayangkan BOE,” kata Nanang, Setelah pertemuan baru terlihat apakah Inggris akan menaikkan atau menurunkan suku bunganya.

Sedangkan dari sisi USD sendiri meski data ekonomi tidak terlalu bagus dalam menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, namun index dollar AS bergerak terus menguat. Pasar juga masih menjadikan USD sebagai pusat perhatian.

“Hari ini peluang GBP untuk melemah akan kembali berlanjut secara teknikal,” duga Nanang. Karena jika melihat fundamental, tekanan justru datang kepada USD. Malam Senin (2/3) akan dirilis data PMI ISM Manufaktur AS Februari 2015 yang diprediksi turun menjadi 53,4 dari bulan sebelumnya 53,5.

Itu akan memberikan pengaruh pada pergerakan pasangan ini. GBP sendiri pergerakannya akan tertahan oleh rilis data PMI Konstruksi Februari 2015 yang diperkirakan sedikit menurun 59,0 dibanding bulan sebelumnya 59,1. “Fundamental dari data ekonomi belum kuat untuk mengangkat poundsterling,” papar Nanang.

Putu Agus Pransuamitra, Researcher and Analyst PT Monex Investindo Futures mengungkapkan, pasangan EUR/GBP tengah beranjak naik. Setelah EUR/GBP sempat terpuruk beberapa waktu lalu,

Putu melihat euro mulai tinggal landas dari masa kelamnya dengan naik perlahan. Kenaikan EUR/GBP disebabkan oleh respons positif pelaku pasar pasca rilis data perkiraan inflasi Zona Eropa bulan Februari (year on year). Data inflasi ini membukukan angka minus 0,3%. Meski masih rawan akan ancaman deflasi, setidaknya rilis data ini lebih baik dari estimasi sebesar minus 0,5%.

"Inflasi yang dirilis lebih baik dari prediksi ini sedikit menopang EUR/GBP. Hanya saja, kenaikannya relatif terbatas," terang Putu.

Pergerakan EUR/GBP sempat melandai karena poundsterling diuntungkan oleh rilis data manufaktur Inggris yang positif. Namun, Senin (2/3) sore, pelaku pasar kembali merespons data inflasi Zona Eropa yang berbalik menguntungkan euro.

Berbeda dari dua pasangan sebelumnya, pasangan GBP/AUD yang bergerak menguat, Deddy Yusuf Siregar Research and Analyst PT Fortis Asia Futures mengatakan bahwa ini pengaruh dari rilis data ekonomi GBP yang mengesankan. Sehingga memberi dorongan bagi poundsterling untuk naik.

“Dari sisi AUD saat ini dibayangi oleh sentimen negatif,” kata Deddy. Hal ini karena hari ini, Reserve Bank of Australia (RBA) akan mengadakan pertemuan. Spekulasi yang beredar bahwa RBA akan memangkas suku bunganya menjadi 2% dari sebelumnya 2,25%.

Tidak hanya memotong suku bunga, RBA juga memangkas proyeksi inflasi di 2015 menjadi 2% dari sebelumnya 3%. “Pemotongan perkiraan inflasi ini mencerminkan penurunan harga minyak dan lemahnya outlook jangka pendek untuk produk dan pasar tenaga kerja Australia,” jelas Deddy.

Tekanan bagi Aussie tidak berhenti di situ. Faktor lainnya yang menekan adalah harga komoditas yang masih lemah. Melemahnya harga komoditas ini memberikan pengaruh pada mata uang AUD.

“Untuk hari ini penguatan pun masih akan berlanjut pasalnya pasar antisipasi kebijakan moneter yang akan diambil oleh RBA,” duga Deddy. Kekhawatiran pasar dan rilis data ekonomi GBP sebelumnya yang bagus membuat sentimen positif bagi posisi poundsterling.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×